Puting beliung diprediksi terjadi akibat tekanan udara rendah di Teluk Carpentaria di utara Australia, yang menarik massa udara dari barat ke Jakarta.
"Massa udara ini melalui pegunungan di Banten sehingga membentuk angin yang bergelombang dan turun di Jakarta seperti yang terjadi pada Selasa pukul 17.10 WIB," ujar Edvin.
Massa udara yang merupakan kumpulan awan cumulo nimbus itu merupakan bibit puting beliung yang berpotensi merusak alam di kawasan yang dilintasinya.
Kecepatan angin puting beliung itu bisa mencapai 30 knot atau setara dengan 50 kilo meter per jam.
Hingga kini, lanjut Edvin, awan cumulo nimbus itu masih menetap di sekitar Laut Jawa, sebelum menyeberang ke pulau Sumatera.
"Artinya, potensi puting beliung masih akan tetap ada di Jakarta dalam minggu ini tepatnya hingga awal tahun baru nanti," ungkapnya.
Selasa pukul 17.10 WIB, hujan lebat disertai angin puting beliung melanda Jakarta menumbangkan belasan pohon di berapa ruas jalan di lima kotamadya Jakarta.
Berdasarkan informasi dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, jumlah pohon yang tumbang diperkirakan belasan pohon.
"Jumlah masih sementara, diperkirakan belasan. Saya masih menunggu laporan," tutur Kepala Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, Chatarina Suryowati.
Adapun lokasi pohon tumbang adalah Gandaria, Tendean, Blok M, Simprig, Wijaya, Kebonsirih, Tanahabang, Kampungsawah, Cibubur, Mal Artagading, Srengseng, dan Palmerah.(*)
ANT/AR09
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010