Jakarta (ANTARA News) - Kehidupan antarumat beragama di Indonesia telahmengundang minat banyak negara untuk mempelajarinya, termasuk Austria,negara berpenduduk 8 juta jiwa dengan jumlah umat Islam terbanyak keduadari total populasi itu.

Dalam kunjungan Presiden Austria Heinz Fischer ke Indonesia pada 9November lalu pun dikumandangkan pernyataan bersama dengan PresidenSusilo Bambang Yudhoyono mengenai peningkatan kerja sama dialogantarumat beragama untuk mendorong hubungan kedua negara yang lebihbaik.

Berikut wawancara wartawan ANTARA Unggul Tri Ratomo dengan Dubes Austria untuk Indonesia I Gusti Agung Wesaka Puja mengenai kehidupan antarumat beragama di Austria dan pandangannya mengenai di Indonesia:

Tanya (T): Apa yang menjadi latar belakang pernyataan bersama?

Jawab (J): Kedua belah pihak sudah menjajagi dan bertekad untukmengangkat dialog "interfaith" sebagai isu yang menjadi kepentinganbersama antara Indonesia dan Austria.

Indonesia yang terdiri dari beranekaragama suku, budaya dan agama,tanpa melakukan dialog akan sulit mencapai suatu masyarakat yangharmonis, damai, yang cintai damai.

T: Dari pihak Austria?

J: Austria sendiri melihat ada suatu kebutuhan dan perhatianyang lebih besar kepada isu "interfaith" ini. Pertama karena di Austriabanyak imigran dari Turki dan Albania yang notabene adalah pemelukagama Islam. Sekarang pemeluk agama Islam nomor dua terbesar di Austriasetelah Katholik. Padahal sebelumnya urutan kedua adalah Protestan.Protestan 4,7 persen sementara Muslim lima persen.

Sebagian masyarakat di Austria juga masih mempunyai prasangka terhadapbangsa lain sehingga Austria juga mengalami problem kesulitan untukmengintegrasikan kaum pendatang dengan penduduk setempat.

Jika `kita` amati beberapa partai, mengeksploitasi isu migran ini untukkepentingan politik. Itu yang memberikan kesamaan posisi dari keduabelah pihak mengangkat isu ini. Karena kedua belah pihak melihatkesamaan pandangan ,juga kemudian mencoba agar dialog interfaith inibisa mendekatakan kedua negara.

T: Apa yang bisa diangkat oleh Indonesia dari kerja sama ini?

J: Kita bisa menjual isu Islam, demokrasi dan modernitas sebagaisesuatu yang bisa kita wujudkan dan sebagai suatu keniscayaan bangsaIndonesia. Islam, modernitas dan demokrasi bisa hidup secara baik.

Sebagai sesuatu yang bisa hidup dengan baik dan bisa kita jual kenegara lain untuk membuat citra yang lebih positif bagi bangsaIndonesia.

T: Apakah maksud Austria lainnya?

J: Sebaliknya sekarang Austria ingin merangkul negara-negarayang sepandangan atau sepaham dengan mereka dalam konteks dialoginterfaith ini sehingga agenda-agenda Austria terutama untuk menghadapipertemuan besar Austria "Alliance of civilization" pada tahun 2012 atau2013 juga memperoleh dukungan. Pertemuan ini semacam "interfaith", tapi"interfaith" mereka gunakan sebagai keberagaman.

Kegiatan itu sebenarnya adalah agendanya PBB tapi tahun 2012 atau 2013Austria ingin menjadi tuan rumahnya sehingga ingin merangkulnegara-negara yang mempunyai kesepahaman sama terutama Indonesia yangdalam hal ini sudah paling maju dalam melakukan dialog interfaith.

T: Apakah Indonesia dinilai cukup berhasil oleh Austria dalam kehidupan antargama?

J: Bukan cukup berhasil tapi sangat berhasil. Sebagai suatucontoh mereka melihat Indonesia sebagai contoh, di mana Islam demokrasidan modernitas itu bisa berjalan bersama-sama. Itu contoh yang merekaanggap sebagai contoh yang spektakuler. Itu mereka ingin pelajari juga.

Kedua kerukunan agama `kita` juga menjadi contoh yang baik. Ketigabagaimana menyuarakan Islam moderat. Islam sebagai "voice ofmoderation" bisa dikumandangkan di dunia internaisonal. Itu yangdilihat oleh Austria sebagai potensi besar kekuatan yang luar biasa. Disatu sisi kita juga menggunakan isu ini sebagai bagian dari "softpower" kita sehingga dapat membentuk citra Indonesia yang baik.

T: Bagaimana dengan kunjungan Fischer ke Istiqlal?

J: Pada saat mengunjungi Jakarta, Presiden Fischer mengunjungiKatedral. Lalu dengan berjalan ia dan rombongan dari Katedral menuju keMasjid Istiqlal. Bagi orang Austria, itu pemandangan yang luar biasa,apalagi saat Presiden Fischer jalan diapit oleh Pastor dan Iman MasjidIstiqlal. Bagi orang Austria itu "The best moment" (momen terbaik)untuk foto.

T: Bagaimana dengan pertukaran akademisi?

J: Pertukaran akademisi sudah langsung dilakukan. Belum satuminggu Presiden Fischer tiba dari Jakarta sudah dilakukan. Ini sudahcepat, langsung. Kedatangan akademisi Indonesia ke Austria kemarin,merupakan salah satu wujud dari pernyataan bersama kedua kepala negara.Bagaimana mengikat kedua negara melalui dialog interfaith. Itu yanglangsung kita laksanakan sebagai implementasi pernyataan bersama.

T: Program selanjutnya?

J: Ke depan akan ada tindak lanjut yang dari petemuan dialoginterfaith di Yogyakarta. Nanti akan dilakukan secara bergiliran. Tiaptahun ada pertukaran pakar lintas peradaban, agama dan budaya.

(U002/H-KWR/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010