Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Farial Anwar, memperkirakan bahwa Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate), meski laju inflasi pada 2011 meningkat, akibat kenaikan harga komoditas dan harga minyak mentah dunia.

Harga minyak mentah dunia diperkirakan akan dapat menembus angka 100 dolar AS per barel, karena tingginya permintaan pasar akibat musim dingin yang terjadi di kawasan Eropa, katanya di Jakarta, Senin.

Farial Anwar, yang juga Direktur Currency Management Group, mengatakan bahwa apabila harga minyak mentah dunia menembus level 100 dolar AS, BI diharapkan dapat mempertahankan BI Rate tetap pada level 6,5 persen.

Karena BI Rate pada level 6,5 persen masih akan dapat mempertahankan likuiditas rupiah masih tetap terjaga, ujarnya.

Apabila BI menaikkan BI Rate, maka arus modal asing dalam jangka pendek akan membanjiri pasar, mereka akan masuk instrumen Bank Indonesia dan pasar saham.

"Kami optimis BI masih dapat mempertahankannya meski laju inflasi cenderung menguat," ucapnya.

Farial Anwar mengatakan, harga minyak mentah dunia jenis brent saat ini mencapai lebih dari 93 dolar AS per barel bahkan sempat mencapai level 94.

Permintaan pasar yang tinggi akan memicu harga minyak mentah dunia terus meningkat, karena para anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) masih belum mau meningkatkan stoknya di pasar, katanya.

Kondisi ini, menurut dia akan memberikan beban yang lebih berat kepada Pemerintah Indonesia terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam mensubsidi dana ke sektor tersebut.

Selain itu juga akan menekan rupiah makin terpuruk, karena kenaikan harga minyak mentah mendorong dolar AS terus menguat, ucapnya.
(T.H-CS/S004/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010