"Saya ingin mengajak teman-teman, masyarakat semuanya supaya terus semangat menerapkan protokol kesehatan kapan pun dan dimana pun. Walaupun sudah divaksin, jangan mudah lengah, karena ini belum waktunya," kata dr. Reisa dalam acara virtual, Rabu.
"Karena, kalau kita menganggap remeh prokes ini, nanti penyebaran virusnya bisa merajalela lagi. Mari kita saling melindungi, dengan adanya peningkatan prokes juga diharapkan bisa menyadarkan orang lain untuk terus waspada," ujarnya menambahkan.
dr. Reisa kemudian memaparkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia sudah kian menaati protokol kesehatan dalam menjalani aktivitasnya, terutama jika harus beraktivitas di luar ruangan.
Penggunaan masker, misalnya, menurut Data Penerapan Protokol Kesehatan Masyarakat dari Satgas Perubahan Perilaku Penanganan COVID-19, kepatuhan memakai masker ternyata mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan beberapa minggu belakangan, atau bahkan di tahun lalu.
"Sebesar 90,77 persen taat mengenakan masker, sedangkan masih ada 9,23 persen yang masih lalai melakukannya," kata dr. Reisa.
Lebih lanjut, jika ditinjau dari sisi jaga jarak fisik, dr. Reisa, melalui data yang sama, memaparkan bahwa dari seluruh lokasi kerumunan yang dipantau dalam tujuh hari terakhir, masyarakat cenderung lupa untuk tidak menjaga jarak di sejumlah tempat umum.
Tempat-tempat itu di antaranya adalah restoran / kedai (13,9 persen), jalan umum (11,9 persen), bandar udara (11,7 persen), tempat olahraga publik / Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) (11,1 persen), dan tempat wisata (9,8 persen).
"Ini termasuk ke dalam kategori kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan kurang dari 60 persen," katanya.
dr. Reisa kemudian mengatakan bahwa vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan harus dijalankan secara bersamaan.
Ia melanjutkan, meski sudah divaksin, masyarakat belum 100 persen kebal dari virus, sehingga memang dibutuhkan perlindungan ekstra meskipun vaksin bisa menurunkan risikonya.
"Saya harap prokes tidak akan longgar lagi dan terus tinggi (penerapannya). Pandemi belum usai, dan kita belum tahu kapan akan berakhir, risiko penularan masih ada," kata dia.
"Melihat negara-negara lain, kita harus belajar bahwa ketika mereka mulai longgarkan prokes, ternyata terjadi lonjakan kasus yang tinggi. Sekarang belum saatnya kita longgarkan (prokes). Ke depannya saya harap ketaatan terus tinggi, dan makin terbiasa dengan prokes. Bukan cuma untuk pencegahan COVID-19, tapi juga penyakit menular lainnya," imbuhnya.
Baca juga: Mewaspadai Mu di tengah tren landai COVID-19
Baca juga: Dokter Reisa ajak masyarakat untuk waspadai mutasi virus COVID-19
Baca juga: Reisa sebutkan tiga hal utama untuk kendalikan COVID-19
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021