Dari perspektif musiman, September cenderung menjadi periode window dressing bagi para fund manager
New York (ANTARA) - Wall Street melemah pada akhir perdagangan Selasa waktu setempat (Rabu pagi WIB), tertekan oleh ketidakpastian ekonomi serta meningkatnya kemungkinan kenaikan tarif pajak perusahaan mengurangi sentimen investor dan mendorong aksi jual lebih luas meskipun ada tanda-tanda inflasi melambat.
Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 292,06 poin atau 0,84 persen, menjadi menetap di 34.577,57 poin. Indeks S&P 500 terpangkas 25,68 poin atau 0,57 persen, menjadi berakhir di 4.443,05 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup tergelincir 67,82 poin atau 0,45 persen, menjadi 15.037,76 poin.
Semua 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor energi dan keuangan masing-masing jatuh 1,55 persen dan 1,41 persen, memimpin kerugian.
Optimisme memudar sepanjang sesi, membalikkan reli awal menyusul laporan indeks harga konsumen (IHK) Departemen Tenaga Kerja. Ketiga indeks saham utama AS berakhir di wilayah negatif sebagai pengingat bahwa September adalah bulan yang kasar secara historis untuk saham.
Sejauh bulan ini, indeks S&P 500 turun hampir 1,8 persen bahkan ketika indeks acuan telah naik lebih dari 18 persen sejak awal tahun.
"Ada kemungkinan bahwa pasar siap untuk melewati koreksi yang terlambat," kata Sam Stovall, kepala strategi investasi di CFRA Research di New York. “Dari perspektif musiman, September cenderung menjadi periode window dressing bagi para fund manager.”
Munculnya varian Delta COVID yang sangat menular telah mendorong peningkatan sentimen bearish terkait pemulihan dari krisis kesehatan global, dan banyak yang sekarang memperkirakan koreksi substansial di pasar saham pada akhir tahun.
"Kami masih dalam mode korektif yang telah diserukan orang selama berbulan-bulan," kata Paul Nolte, manajer portofolio di Kingsview Asset Management di Chicago. “Titik data ekonomi telah meleset dari perkiraan, dan itu bertepatan dengan peningkatan varian Delta.”
Laporan indeks harga konsumen menyampaikan angka Agustus yang lebih rendah dari konsensus, perlambatan yang mendukung pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell bahwa lonjakan inflasi bersifat sementara dan menenangkan kekhawatiran pasar bahwa bank sentral akan mulai mengetatkan kebijakan moneternya lebih cepat dari yang diperkirakan.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS turun karena data inflasi, yang menekan saham sektor keuangan, dan dukungan investor berputar kembali ke saham-saham pertumbuhan (growth stocks) dengan mengorbankan value stocks (saham yang dikategorikan murah).
Kenaikan pajak perusahaan yang telah lama diperkirakan, menjadi 26,5 persen dari 21 persen jika Demokrat menang, semakin dekat untuk membuahkan hasil dengan paket anggaran 3,5 triliun dolar AS Presiden AS Joe Biden semakin dekat untuk disahkan.
Sementara itu, Apple Inc meluncurkan iPhone 13 dan menambahkan fitur baru ke iPad dan gadget Apple Watch dalam acara peluncuran produk terbesarnya tahun ini, ketika perusahaan menghadapi peningkatan pengawasan di pengadilan atas praktik bisnisnya. Sahamnya ditutup turun 1,0 persen dan merupakan beban terberat pada S&P 500 dan Nasdaq.
Intuit Inc naik 1,9 persen setelah pengumuman pembuat TurboTax bahwa mereka akan mengakuisisi perusahaan pemasaran digital Mailchimp seharga 12 miliar dolar AS.
CureVac anjlok 8,0 persen setelah perusahaan bioteknologi Jerman itu membatalkan kesepakatan manufaktur untuk vaksin eksperimental COVID-19.
Volume transaksi di bursa AS mencapai 10,07 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 9,38 miliar selama 20 hari perdagangan terakhir.
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021