Yogyakarta (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X meluncurkan gerakan kemandirian masyarakat Kota Yogyakarta "Segoro Amarto" di Kampung Bangunrejo Kelurahan Kricak Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta, Jumat.

"Saya merasa konsep `Segoro Amarto` ini sudah lengkap baik filosofi dan dasar pemikirannya, tinggal bagaimana aplikasinya di masyarakat," kata Sri Sultan.

Gerakan "Segoro Amarto" (Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta atau semangat gotong royong menuju kemajuan Yogyakarta) adalah ide Sri Sultan HB X.

Kota Yogyakarta menjadi kota pertama di Provinsi DIY yang berkesempatan untuk mengaplikasikan gerakan masyarakat tersebut, dan telah dipilih tiga kelurahan sebagai percontohan yaitu Kricak, Sorosutan, dan Tegalpanggung.

Sambutan masyarakat di Kelurahan Kricak atas peluncuran gerakan tersebut cukup meriah di mana setiap elemen masyarakat menampilkan potensi yang dimiliki, mulai pendidikan, ekonomi hingga budaya.

Gerakan "Segoro Amarto" akan dilaksanakan dengan basis rukun warga (RW) dan mendasarkan pada empat pilar utama yaitu kedisiplinan, kepedulian sosial, kegotong royongan, dan kemandirian.

"Kedisiplinan adalah kunci utama masyarakat untuk bangkit dari keterpurukan dan menjadi bagian penting untuk membentuk karakter bangsa," kata Sultan yang mencontohkan keberhasilan Tim Nasional Sepak Bola Indonesia masuk final Piala AFF sebagai buah dari kedisiplinan pemain.

Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto mengatakan tujuan utama gerakan tersebut adalah mencapai kemajuan dan kesejahteraan masyarakat serta mempercepat penurunan angka kemiskinan dengan penekanan utama perubahan nilai pada masyarakat.

"Selama ini, upaya untuk menurunkan angka kemiskinan penduduk cenderung dilakukan secara parsial dan terkesan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah," kata Herry.

Dia melanjutkan, "Ini adalah kegiatan dari bawah ke atas, sehingga masyarakatlah yang akan menyusun kebutuhan-kebutuhannya untuk peningkatan kesejahteraan."

Dalam acara itu juga dibacakan deklarasi "Segoro Amarto" dari sejumlah rukun warga yang ditunjuk sebagai percontohan, yaitu kesiapan melaksanakan gerakan tersebut dengan sepenuh hati, menegakkan disiplin, jujur dan semangat kerja keras.

Deklarasi tersebut juga menyatakan bahwa semua permasalahan akan ditangani bersama dengan semangat kegotongroyongan.

Sultan dan Muspida Kota Yogyakarta kemudian didaulat untuk memperagakan empat gerakan yang menjadi pilar "Segoro Amarto" dengan cara menyapu ke depan, belakang, samping kiri dan kanan.(*)

E013/B015/AR09

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010