Akan percuma mahasiswa cerdas tetapi tidak sehat.

Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo berharap para rektor juga memperhatikan makanan bagi mahasiswa agar terhindar dari penyakit.

"Urusan makan mahasiswa itu harus dicek betul. Mohon maaf saya ingat di UGM (Universitas Gadjah Mada) di Yogya, dahulu sering sekali mahasiswa terkena penyakit bareng-bareng, apa Pak Rektor? Hepatitis, banyak. Kemudian apa ini tifus," kata Presiden Jokowi di Auditorium Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Senin (13/9).

Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut saat memberikan sambutan pada Pertemuan Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia yang baru ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (14/9).

"Karena apa? Warung-warung makan mahasiswa yang saya juga dahulu mengalami kalau mencuci piringnya di ember, airnya satu ember dipakai pagi sampai tengah malam. Berikan mereka air mengalir, mahasiswa kita jadi membawa penyakit semuanya," ucap Presiden.

Menurut Presiden Jokowi, akan percuma mahasiswa cerdas tetapi tidak sehat.

"Itu hal-hal yang kecil. Akan tetapi, percuma orang sepintar apa pun kalau tidak sehat untuk apa? Yang tadi saya sampaikan unggul dan utuh. Sekali lagi tanggung jawab rektor, ya, di dalam kampus, ya, di luar kampus," kata Presiden.

Presiden Jokowi mengungkapkan tugas universitas adalah melahirkan mahasiswa yang unggul dan utuh.

"Sehat jasmani, sehat rohani, budi pekertinya baik, sisi kebangsaan baik, ini bukan tugas yang ringan karena kalau tidak, 'kebawa' ke mana-mana anak-anak kita nantinya," ungkap Presiden.

Menurut Presiden Jokowi, mahasiswa yang sehat jasmani dan rohani berarti budi pekerti dan kebangsaannya juga baik.

"Tugas rektor dan seluruh jajarannya bukan hanya mendidik mahasiswa di kampus saja, apalagi hanya di kelas. Hati-hati mengenai ini karena menjadi tugas para rektor dan jajarannya yang berkaitan dengan yang di luar kampus," katanya.

Meski di dalam kampus mahasiswa dididik mengenai budi pekerti, bisa saja di luar kampus mahasiswa mendapat "didikan" menjadi pecandu narkoba.

"Kita kalau tidak bisa menjangkau ke sana bagaimana? Di dalam kampus dididik mengenai Pancasila, kebangsaan, di luar kampus ada yang didik mahasiswa kita jadi ekstremis garis keras, jadi radikalis garis keras. Untuk apa?" ungkap Presiden.

Turut hadir mendampingi Presiden dalam pertemuan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Rektor Universitas Sebelas Maret selaku Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum., dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2021