Jadi secara umum kita cukup optimis di 2021 ini di kuartal IV sedikit bisa lebih maju dibandingkan kuartal III dan overall di 2021 akan jauh lebih baik dibandingkan 2020

Jakarta (ANTARA) - Direktur Keuangan PT Bank Permata Tbk (Permatabank) Lea Kusumawijaya mengakui kondisi pada kuartal III-2021 memang menantang di mana varian Delta COVID-19 meluas di Indonesia dan menyebabkan terjadinya pengetatan mobilitas masyarakat, namun hal tersebut tidak sampai menekan kinerja perseroan secara signifikan.

"Dengan adanya second wave sejak Juli kemarin, memang ada series of PPKM. So far untuk kinerja di kuartal ketiga kami tidak melihat adanya tekanan yang lebih dalam dibandingkan semester satu. Dan bahkan untuk pendapatan operasional masih tetap menunjukkan positive trajectory," ujar Lea dalam paparan publik secara virtual di Jakarta, Selasa.

Lea menyampaikan kinerja perseroan pada tahun ini sebenarnya relatif membaik dibandingkan pada tahun lalu meski belum kembali pada level sebelum pandemi, terutama dari sisi penyaluran kredit.

"Jadi boleh dibilang memang ada ya dampaknya. Dari sisi perkreditan memang masih ada challenge, tapi terhadap kinerja secara umum tidak ada penurunan yang signifikan dan bahkan masih tetap sustain basicly kalau dibandingkan dengan kinerja kami di semester pertama 2021," kata Lea.

Direktur Retail Banking PermataBank Djumariah Tenteram menambahkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdampak pada melambatnya bisnis perseroan di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) meski pada kuartal pertama dan kedua telah mulai menunjukkan kinerja yang positif.

"Jadi kalau kita lihat booking loan baru kita di SME di kuartal II dibandingkan kuartal I itu meningkat cukup besar, untuk SME meningkat 35 persen. Berarti permintaan itu menunjukkan tanda-tanda yang positif tapi kalau dibandingkan dengan kondisi sebelum covid itu masih cukup lemah," ujar Djumariah.

Sementara itu, Direktur Wholesale Banking PermataBank Darwin Wibowo mengatakan pada kuartal ketiga memang banyak transaksi yang tertunda akibat PPKM meski telah jauh lebih baik dibandingkan 2020 lalu.

"Dari sisi industri masih banyak various juga industri yang sudah mulai menggeliat seperti food and beverage banyak sekali mulai ekspansi, juga industri seperti telekomunikasi, juga industri yang related sama komoditas karena peningkatan harga komoditas yang cukup baik. Jadi secara umum kita cukup optimis di 2021 ini di kuartal IV sedikit bisa lebih maju dibandingkan kuartal III dan overall di 2021 akan jauh lebih baik dibandingkan 2020," ujar Darwin.

PermataBank meraup laba bersih sebesar Rp639 miliar pada kuartal II 2021 atau meningkat 74,3 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp366 miliar. Total aset PermataBank bertumbuh sebesar 34,8 persen (yoy) menjadi sebesar Rp212,9 triliun.

Penyaluran kredit emiten berkode saham BNLI tersebut tumbuh 16,6 persen (yoy) menjadi sebesar Rp120,8 triliun terutama didorong oleh pertumbuhan kredit pada segmen wholesale banking sebesar 39,8 persen (yoy) yang antara lain dikontribusikan dari penyelesaian integrasi dengan Bangkok Bank Indonesia pada Desember 2020. Pertumbuhan kredit bank juga didukung oleh pertumbuhan KPR yang cukup signifikan yaitu sebesar 21,7 persen (yoy) di segmen ritel.

Sejalan dengan pertumbuhan aset, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp4,9 triliun atau tumbuh sebesar 19,4 persen (yoy) dan laba operasional sebelum pencadangan tumbuh sebesar 36,6 persen (yoy). Dalam hal pencadangan kerugian penurunan nilai kredit yang diberikan, perseroan tetap menjalankan prinsip kehati-hatian mengingat dampak pandemi yang masih berlanjut yang secara tidak langsung menyebabkan potensi peningkatan risiko kredit inheren.

Hal itu tercermin dalam peningkatan rasio kredit bermasalah atau NPL gross dan NPL net pada Juni 2021 menjadi masing-masing 3,3 persen dan 1,2 persen, dibandingkan dengan posisi Desember 2020 masing-masing sebesar 2,9 persen dan 1 persen, walaupun masih lebih baik dibandingkan posisi Juni 2020 masing-masing sebesar 3,7 persen dan 1,8 persen.

Bank mengalokasikan biaya pencadangan kerugian penurunan nilai untuk mengantisipasi potensi kerugian akibat penurunan kualitas aset sebesar Rp1,5 triliun atau meningkat 41 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian rasio NPL coverage tetap terjaga baik di kisaran yang cukup konservatif yaitu 218 persen, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 112 persen.

Posisi likuiditas bank terjaga pada rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 75 persen pada akhir Juni 2021, turun dibandingkan dengan posisi tahun lalu yang sebesar 81 persen. Hal itu dikontribusikan antara lain oleh peningkatan simpanan nasabah yang tumbuh sebesar 25 persen (yoy) dengan rasio dana murah atau CASA sebesar 52 persen, menguat dibandingkan posisi Desember 2020 sebesar 51 persen.

Sementara rasio permodalan bank ditunjukkan dengan rasio kecukupan modal atau CAR dan CET-1 sebesar masing-masing 35,4 persen dan 26,9 persen, di atas rasio CAR rata-rata industri perbankan di kisaran 24 persen.

Baca juga: PermataBank raup laba bersih Rp639 miliar pada kuartal II 2021
Baca juga: Chalit Tayjasanant gantikan Ridha Wirakusumah jadi Dirut PermataBank
Baca juga: Permatabank yakin cetak kinerja positif pada 2021

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021