"Kami perkirakan akan naik sebesar 50 basis poin menjadi 7,0 persen," kata Destry dalam Macro Economic Outlook 2011 di Jakarta, Rabu.
Ia memperkirakan BI akan menaikkan suku bunganya pada kuartal kedua 2011 sejalan dengan tingkat inflasi dan akan bertahan sebesar 7,0 persen hingga akhir tahun.
Menurut dia, inflasi pada 2011 akan meningkat namun dalam batas yang dapat dikelola. Pendorong inflasi antara lain dari sektor pangan, kenaikan harga komoditas, dan dampak kebijakan atas BBM bersubsidi.
Terkait ancaman kenaikan harga pangan pada 2011, Destry mengakui bahwa ada proyeksi produksi beras 2011 akan mencukupi, namun masalah inflasi tidak hanya masalah produksi saja.
"Kemungkinan harga berfluktuasi tetap ada karena masalah distribusi juga harus diperhitungkan. Bicara distribusi ini menyangkut masalah infastruktur," katanya.
Ia menyebutkan, rencana pemerintah melakukan impor beras juga akan terbentur pada kemungkinan harga yang naik karena negara-negara yang selama ini mengekspor berasnya, mulai mengurangi ekspornya untuk berjaga-jaga.
"Thailand dan Vietnam mulai mengurangi ekspor beras sehingga harga beras internasional juga akan naik," katanya.
Mengenai perkiraan makro ekonomi lainnya, Destry memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2011 akan mencapai 6,3 persen, inflasi mencapai 6,6 persen, dan nilai tukar rupiah rata-rata Rp8.819 per dolar AS.(*)
(T.A039/S025/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010