Jakarta (ANTARA News) - Pengusaha asal Rusia berminat di sektor energi di Indonesia, termasuk nuklir, menurut Duta Besar Indonesia untuk Rusia Hamid Awaluddin pada Rabu di Jakarta.
"Rusia menurut Hamid juga serius untuk bekerja sama membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia," katanya dalam perbincangan dengan Direktur Utama LKBN ANTARA, Ahmad Mukhlis Yusuf yang juga dihadiri Direktur Pemberitaan Saiful Hadi.
"Mereka sangat ingin tahu mengenai jumlah kebutuhan listrik yang dapat disuplai dari tenaga nuklir di Indonesia dan menawarkan PLTN yang berada di atas kapal (floating) sehingga dapat disesuaikan dengan kontur kepulauan Indonesia dan limbahnya pun dibawa kembali ke Rusia," jelas Hamid.
Rusia, lanjutnya adalah negara yang sangat kuat di bidang energi dan perekonomiannya akan tetap tumbuh selama energi masih digunakan baik di sektor transportasi maupun listrik.
"Rusia sekarang melampaui Arab Saudi sebagai produsen minyak mentah di dunia, belum lagi bila menghitung produksi gas alamnya yang didistribusikan kepada negara-negara Eropa," katanya.
Namun menurut dia, pasca krisis keuangan global 2008, Rusia mulai mengalihkan fokus perekonomiannya ke Asia karena sebagian besar daratan Rusia juga masuk ke dalam benua Asia.
"Rusia mulai beralih ke Asia dan Indonesia sebagai salah satu negara besar khususnya di Asia Tenggara harus dapat memanfaatkan momentum tersebut," katanya.
Ia menjelaskan bahwa antusiasme pengusaha Rusia untuk datang ke Indonesia meningkat karena tiga faktor.
"Pertama karena nilai rubel yang nilainya turun atas dolar AS sehingga pengusaha Rusia ingin membawa rubel ke luar negaranya, ditambah dengan pandangan bahwa Indonesia adalah negara terbuka untuk berbisnis serta keinginan Rusia untuk menjual barang teknologinya," katanya .
Para pengusaha dari Rusia menurutnya tertarik untuk mengembangkan usaha di sektor pertambangan, namun masih terkendala beberapa masalah di Indonesia.
"Salah satu masalahnya adalah lambatnya respon dari Indonesia baik pemerintah maupun swasta, namun tetap ada badan yang saya apresiasi seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal (PKPM) yang memiliki kecepatan untuk mengurus masalah di bidang investasi," katanya.
Sektor lain yang juga dapat dibidik oleh Indonesia adalah di bidang jasa pariwisata.
"Turis Rusia selama ini dikenal lebih royal saat berada di Indonesia dibandingkan dengan turis dari negara lain karena menginap di hotel berbintang, ditambah masa berkunjung mereka juga cukup lama yaitu 1-2 minggu, ini juga kesempatan bagi kita," jelasnya.
Rusia yang memiliki 24 juta warga muslim juga menjadi pasar yang potensial bagi Indonesia untuk produk baju muslimah dan restoran.
"Mereka tertarik dengan produk pakaian muslimah yang kita produksi," sambil menunjukkan majalah yang diterbitkan KBRI yang di antaranya berisi gambar-gambar pakaian muslim asal di Indonesia.
"Baju asal Indonesia lebih variatif, ini menunjukkan potensi yang harus dimanfaatkan," kata Hamid.
Usaha Hamid Awaluddin sebagai Dubes sejak April 2008 untuk mendorong hubungan ekonomi kedua negara menunjukkan hasil, tercatat total nilai perdagangan Indonesia-Rusia mencapai 1,2 miliar dolar AS hingga September 2010 dibanding hanya 0,4 miliar dolar AS pada Januari 2009 atau meningkat 178 persen.
Namun hingga akhir 2009 investasi Rusia di Indonesia hanya berjumlah 0,3 milyar dolar AS.(*)
(T.KR-DLN/S025/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010