Depok (ANTARA) - Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) dan Klinik Satelit Makara UI buka layanan telehealth monitoring (pantau kesehatan jarak jauh) berbasis internet of things (IoT) agar masyarakat bisa memonitor kondisi kesehatannya secara mandiri dan mengurangi kejadian keterlambatan diagnosis.
Sekretaris RS UI dr. Agustin Kusumayati, dalam keterangannya, Senin, mengatakan di masa pandemi ini penggunaan layanan telemedisin merupakan keharusan.
Layanan telemedisin di RSUI ini merupakan sebuah inovasi pengembangan ICT yang tidak hanya memungkinkan pengguna dapat memonitor kondisinya sendiri, tetapi juga bisa menjadi sumber pengetahuan mandiri pasien.
“Dengan adanya IoT ini pada layanan kesehatan, kita akan bisa menjangkau pasien-pasien yang jauh di luar,” ujarnya.
Baca juga: Seorang korban meninggal dunia akibat ledakan di Margocity
Baca juga: Toyota Indonesia gandeng RSUI gelar vaksin gratis untuk 50.000 dosis
Menurutnya, pembukaan layanan telemedisin ini harus segera dilaksanakan.
Kepala Klinik Satelit UI Makara Dr. dr. Dhanasari Vidiawati Sanyoto mengatakan pandemi Covid-19 memaksa literasi digital bagi Klinik Satelit, yang tadinya belum terlalu fokus pada layanan digital.
Selama masa pandemi, banyak masalah kesehatan yang terjadi, khususnya dalam lingkungan UI, contohnya masalah obesitas mahasiswa baru yang terus meningkat tiap tahun.
Dalam mengatasi keterbatasan akibat pandemi, diperlukan inovasi teknologi untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan secara aman dan nyaman dalam suasana pandemi.
“Dengan adanya teknologi telehealth monitoring yang berbasis pada IoT maka pasien klinik tetap dapat terlayani dengan holistik, komprehensif, kolaboratif, dan berkesinambungan karena dilengkapi dengan peralatan monitor medical grade yang terpercaya,” kata dr.Dhanasari.
Saat ini, layanan telemedisin yang masih umum di Indonesia masih terbatas pada telekonsultasi yang cukup bermanfaat tetapi juga memiliki beberapa kelemahan. Telehealth monitoring berbasis IoT ini diciptakan untuk mengatasi masalah tersebut dengan memberikan data kesehatan pasien secara seketika (real time).
Dengan adanya layanan telehealth monitoring, diharapkan pasien bisa mengenali dan mengidentifikasi keluhan, dan kemudian memahami langkah selanjutnya yang harus dilakukan.
Selain kemudahan bagi pasien, tenaga medis juga akan terbantu dengan tersedianya data pasien secara seketika. Hal ini akan memudahkan dokter untuk memberikan panduan yang lebih tepat, sehingga menghindari kunjungan pasien yang tidak perlu ke rumah sakit.
Dalam rencana pengembangannya, pada tahap awal akan dilakukan sosialisasi mengenai aplikasi telehealth monitoring, dan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya pemantauan kesehatan secara mandiri. Setelah itu, akan dilakukan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan (nakes) dan non-nakes.
Lalu pada tahap akhir, layanan ini akan terus dikembangkan dari sisi perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware) dan pengembangan layanan-layanan lain seperti tele-EKG, teleradiologi, teleoftalmologi, dan lainnya.
Pada presentasi tersebut diketahui layanan telemedisin dari aplikasi telehealth monitoring tersebut mempunyai beberapa layanan yang diantaranya adalah telekonsultasi, telemonitoring, telemedical record, tele-expertise, dan berbagai layanan jarak jauh lainnya.
Nantinya, pasien akan diberikan alat yang berfungsi memonitor kesehatannya, salah satunya berupa jam tangan. Alat tersebut langsung terhubung dengan aplikasi melalui IoT. Alat tersebut bisa membaca suhu tubuh, tingkat pernapasan, tekanan darah, tekanan jantung, nilai saturasi oksigen, dan catatan kesehatan.
Adanya telehealth monitoring bukan bertujuan untuk menggantikan fungsi layanan kesehatan yang sudah mapan sebelumnya, melainkan membantu pasien untuk mengenali lebih awal kondisinya sendiri.*
Baca juga: Dokter RSUI paparkan Covid-19 varian Delta dan lainnya
Baca juga: Satgas: Dominasi pasien usia muda RSUI menunjukan perubahan virus
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021