Medan (ANTARA) - Penundaan pengapalan karet ekspor dari Sumatera Utara terus berlanjut akibat masih penuhnya isi kapal di pelabuhan penghubung (hub) ekspor komoditas itu.
"Delay shipment (penundaan pengapalan) karet ekspor masih terus berlangsung akibat mother vessel pengangkut karet yang ada di transhipment port (pelabuhan penghubung) penuh," ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Senin.
Pelabuhan penghubung untuk ekspor karet dari Sumut ada di tiga pelabuhan negara tetangga yakni Pelabuhan Singapore, Pelabuhan Tanjung Pelepas, Malaysia dan Pelabuhan Klang, Malaysia.
Penuhnya isi kapal karena barang ekspor melonjak setelah sebelumnya tertunda akibat pandemi COVID-19.
Penundaan pengapalan tidak hanya karena penuhnya kapasitas "mother vessel", tetapi juga akibat terbatasnya ketersediaan metalbox untuk palet kemasan karet.
Edy menyebutkan, akibat penundaan pengapalan, volume ekspor karet alam Sumut yang didominasi karet remah (crumb rubber) dengan jenis SIR20 itu pada Agustus 2021 melemah lagi dibandingkan posisi Juli.
Ekspor karet Sumut pada Agustus turun 12,3 persen dari posisi Juli atau tinggal menjadi 27.323 ton.
Ada pun ekspor karet Sumut masih terbesar ke Jepang atau 30,6 persen, Brazil (13,74), Amerika Serikat (9,67) Kanada 5,58 dan India 4,8 persen.
Meski ekspor di Agustus turun, namun secara total, volume ekspor selama Januari-Agustus 2021 tercatat masih naik 2 persen dibanding periode sama tahun 2020 atau menjadi 245.747 ton.
"Ada kekhawatiran ekspor di September dan bulan ke. depannya melemah karena pabrik pengolahan karet di Sumut saat ini sedang menghadapi keterbatasan pasokan bahan baku akibat sedang dilanda musim hujan, " katanya.
Pewarta: Evalisa Siregar
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2021