Magelang (ANTARA NEWS) - Tradisi "suran" atau "suro" warga lereng Gunung Merapi di Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu, mengawali kehidupan baru masyarakat setempat pascaerupsi Gunung Merapi.
Ketua Padepokan Seni Tjipta Boedaya Dusun Tutup Ngisor, Sitras Anjelin, mengatakan, suran tahun ini mengambil tema "Babar urip anyar" atau memulai kehidupan baru setelah terpuruk akibat erupsi Gunung Merapi.
Suro merupakan bulan pertama dalam penanggalan Jawa. Masyarakat Dusun Tutup Ngisor setiap tanggal 14 dan 15 bulan Suro selalu menyelenggarakan tradisi "suran" yang telah dilakukan sejak tahun 1937 untuk menyambut tahun baru.
"Erupsi Gunung Merapi berdampak pada kehidupan ekonomi dan pertanian warga sekitar merapi lumpuh maka harus dibangkitkan untuk memasuki kehidupan baru," katanya.
Ritual suran diawali dengan rangkaian tolak balak dengan pementasan kesenian jatilan di Padepokan Tjipta Boedaya, dilanjutkan dengan kirap keliling padepokan dan Dusun Tutup Ngisor sebanyak tiga kali diikuti puluhan warga.
"Sebelum rangkaian tolak balak, kami melakukan meditasi untuk memohon kepada Tuhan agar warga diberikan keselamatan dan dijauhkan dari mara bahaya," katanya.
Peserta ritual tolak balak membawa tombak dan sapu lidi diiringi dengan musik dari tampah, centong, dan linggis.
"Iringan musik tersebut ada sejarahnya, dahulu pernah ada seorang bayi yang hilang tidak diketahui rimbanya. Setelah dicari dengan menyembunyikan alat-alat tersebut, akhirnya bayi tersebut dapat ditemukan di tengah tanaman padi.
Setelah ritual tolak balak, katanya, dilanjutkan dengan pementasan kesenian rakyat di sebuah tanah lapang di dekat Padepokan Seni Tjipta Boedaya hingga sore hari.
Ia menyebutkan, jenis kesenian rakyat yang dipentaskan antara lain jatilan, topeng ireng, dayakan, dan soreng.
Pada Rabu malam, katanya, diselenggarakan apresiasi kesenian rakyat dari beberapa kota, antara lain Yogyakarta, Solo, dan Semarang.
Pementasan kesenian tersebut menarik perhatian ratusan warga Dusun Tutup Ngisor dan sekitarnya untuk melihatnya.
(ANT/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010