"Meskipun tingkat kekerasan dan intoleransi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) relatif kecil dibandingkan daerah lain, intoleransi tersebut tidak boleh dibiarkan begitu saja," kata Koordinator Aliansi Jogja Untuk Indonesia Damai (Aji Damai) Rony Simatupang di Yogyakarta, Selasa.
Ia mengatakan sejak ditetapkannya Yogyakarta sebagai kota toleran, semua pihak menaruh harapan besar daerah tersebut akan menjadi pelopor perdamaian dan resolusi konflik bagi daerah-daerah lain di Indonesia.
"Namun, berdasarkan laporan Center for Religion and Cross-cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, kecenderungan intoleransi berbasis agama di DIY justru naik, setidaknya dalam tiga tahun terakhir," katanya.
Menurut dia tokoh agama adalah salah satu pilar penentu bagi terciptanya kerukunan dan toleransi antarumat beragama.
"Bahkan hingga saat ini pendekatan agama dalam berbagai sudut pandangnya masih dianggap sebagai strategi paling efektif dalam menyelesaikan masalah-masalah intoleransi di masyarakat," katanya.
Di satu sisi, kata dia lembaga-lembaga dalam jejaring lintas iman masih kerepotan dalam menghadapi benih-benih intoleransi yang terus tumbuh di masyarakat.
"Ideologi Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara yang toleran di tengah keanekaragaman perlu dipertegas dan dijadikan komitmen bersama dalam membangun perdamaian dan toleransi," katanya.
Ia mengatakan di lingkup DIY, slogan `Jogja kota toleran` juga perlu mendapat dukungan sekaligus komitmen bersama untuk mewujudkannya.
"Perlu ada ikrar bersama untuk menjaga kerukunan dan toleransi antarumat beragama di DIY sebagai sarana mengukuhkan slogan `Jogja kota toleran`," katanya.(*)
(ANT-158/H008/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010