"Kami masih berminat di Blok Siak karena fungsinya yang sangat strategis," kata General Manager Policy Government and Public Affars Chevron, Usman Slamet, kepada ANTARA di Pekanbaru, Selasa.
Ia menjelaskan, Kontrak Bagi Hasil Chevron, dahulu masih bernama Caltex, di Blok Siak diteken tahun 1991 selama 22 tahun dan berakhir 2013. Sebelumnya, pengelolaan blok itu menggunakan sistem Kontrak Karya yang diteken pada September 1963.
Menurut Usman, produksi minyak mentah di Blok Siak memang tak besar dibandingkan dengan blok lain yang dikelola Chevron seperti di Blok Rokan. Produksi Blok Siak mencapai 2.000 BPOD (Barrel oil per day) atau sekitar 300.000 liter minyak per hari.
Meski produksi minyaknya tak besar, lanjutnya, Chevron masih sangat berkepentingan di Blok Siak karena fungsi strategis daerah itu untuk mengintegrasikan eksploitasi minyak di Blok Rokan.
"Peralatan penunjang di Blok Siak masih sangat diperlukan karena juga menunjang kegiatan di Blok Rokan. Jadi perannya berintegrasi dengan blok lainnya," katanya.
Meski begitu, Usman belum bersedia memaparkan apakah Chevron telah mengajukan perpanjangan kontrak kepada Kementerian ESDM.
Usman mengatakan hal tersebut untuk menanggapi pernyataan Kepala Dinas Humas Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) Elan Biantoro yang mengatakan, pemerintah daerah diharapkan mampu mengelola Blok Siak pada Senin (20/12) lalu. Ia mengatakan pemerintah akan mendorong BUMD untuk mendapat prioritas agar dapat mengelola Blok Siak.
"Peluang produksi minyak di Blok Siak masih bagus dan sepertinya Chevron kurang tertarik karena itu pemerintah daerah harus menangkap potensi ini sejak awal," ujar Elan di Pekanbaru. (*)
F012/B012
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010