Kondisi ekonomi masyarakat Bali cukup mapan sehingga tidak terpengaruh terhadap harga barang murah, tetapi tetap berpatokan pada kualitas, kata Surono petugas toko bangunan yang khusus menjual keramik di Denpasar Selasa.
Keramik buatan China memang lebih murah rata-rata Rp50.000 per meter persegi, namun masyarakat Bali tidak terlalu tergiur dengan harga murah tersebut, tetap saja memilih merek dagang yang sudah dikenal selama ini.
"Mungkin ada kesan bahwa harga barang buatan China terlalu murah sehingga kualitasnya asal-asalan, maka kurang diminati konsumen di Bali," kata Surono yang sibuk melayani pembeli akan kebutuhan keramik ubin.
Totok Nugroho, petugas Unit Perlaksana Teknis Pengembangan seni dan teknologi Keramik Bali, dalam suatu seminar pernah mengatan keramik buatan China bukan ancaman atau saingan bagi matadagangan sejenis buatan Indonesia.
Keramik buatan China nantinya akan lebih mahal dari yang ada di Indonesia akibat sulit mendapatkan tenaga kerja murah di negeri itu sehingga keramik yang diproduksinya semakin mahal dan kurang mampu bersaing di pasaran.
Para pengusaha China mengeluhkan mahalnya tenaga kerja yang akan mengancam daya saing negeri tirai bambu itu di sektor produksi keramik, anak-anak muda di negeri itu tidak mau bekerja kotor karena menginginkan gaji besar.
Dengan situasi itu mengakibatkan daya saing keramik China akan turun di pasar global akibat biaya tenaga kerja mahal, oleh sebab itu produsen keramik Indonesia perlu memanfaatkan situasi tersebut untuk merebut pangsa pasar.
Indonesia merupakan produsen keramik terbesar dunia ke-6 setelah China, Italia, Spanyol, Turki dan Brasil perlu memanfaatkan situasi pasar internasional untuk memperbesar perdagangannya ke pasar ekspor.
Perusahaan keramik di Indonesia diperkirakan 60 perusahaan, 42 buah diantaranya perusahaan keramik ubin, tiga perusahaan keramik sanitari dan 15 perusahaan keramik tableware dan menguasai paangsa pasar dalam negeri.
Totok Mengungkapkan masuknya keramik China ke Indonesia tidak mengakibatkan kerugian bagi industri keramik dalam negeri, karena pangsa pasar keramik China di Indonesia hanya 25 persen dan 75 persen sisanya dikuasai keramik dalam negeri. (ANT/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010