Seoul (ANTARA News/AFP/XINHUA/Yonhap-OANA) - Korea Selatan pada Senin mengakhiri latihan militer di sebuah pulau perbatasan tanpa mengundang reaksi provokatif dari seterunya Korea Utara, kata Komando Staf Gabungan Korsel.

Menurut juru bicara Komando Staf Gabungan Korsel Lee Bung-woo latihan menembak selama 94 menit tersebut berakhir pada pukul 16.04 waktu setempat (14.04 WIB) dengan menggunakan meriam artileri Howitzer K-9 dan beberapa jenis senjata lainnya yang ditempatkan di Pulau Yeonpyeong.

"Selama latihan, militer Korea Utara meningkatkan kewaspadaan serta menyiagakan diri namun tidak melakukan provokasi tambahan, militer kita akan tetap menjaga ketahanan militer mempertahankan kepulauan barat laut itu serta melindungi kedaulatan kita," kata Lee seperti dikutip kantor berita Yonhap.

Sebelumnya menjelang latihan perang tersebut, Korut memperingatkan bahwa pihaknya akan menanggapi latihan militer Korsel dengan "serangan pertahanan diri tak terduga" yang kemudian memantik kekhawatiran terulangnya bombardir mematikan Korut ke arah pulau di Laut Kuning itu.

Kantor berita Yonhap memberitakan persenjataan Korea Utara di kawasan itu mencakup senapan kaliber 76,2 milimeter dengan daya jangkau 12 kilometer dan peluncur roket ganda yang mampu menjangkau sasaran 20 kilometer.

Warga sipil di lima pulau perbatasan Korea Selatan pada Senin pagi dihimbau untuk berlindung setelah Seoul mengumumkan bahwa mereka akan tetap menggelar latihan militer di tengah ancaman rivalnya yang berkapabilitas nuklir itu.

"Pejabat setempat di Yeonpyeong melakukan pengumuman pada Senin pagi, mereka kemudian memberitahu para pemukim, wartawan, pejabat dan warga lain yang berada di pulau untuk menuju ke tempat perlindungan dalam waktu 30 menit," kata seorang wartawan foto AFP.

Sebelum dimulainya latihan tersebut, Yonhap yang mengutip beberapa sumber menyebutkan latihan tersebut akan digelar pada pukul 11.00 waktu setempat hingga tengah hari (09.00-10.00 WIB), namun cuaca berkabut menunda kegiatan itu.

Kementerian Pertahanan Korsel kemudian secara resmi menyatakan latihan tersebut dimulai pada pukul 14.30 waktu setempat (12.30 WIB). Hal itu kemudian dibenarkan oleh seorang fotografer AFP yang mendengar deru meriam artileri ketika sedang berada di dalam bunker perlindungan.

Guna mengantisipasi serangan provokatif dari Korut, pihak Korsel sebelumnya telah menyiagakan jet tempur F-15K dan sekitar 10 kapal perang di perairan Laut Kuning selama latihan menembak itu, termasuk di antaranya kapal penghancur yang dilengkapi sistem persenjataan Aegis.

"Militer kita harus melihat semua kemungkinan tindakan provokatif yang akan dilakukan Korea Utara," kata Menteri Pertahanan Korsel Kim Kwan-jin.

Ia mengatakan bahwa sekitar 280 penduduk, wartawan dan pejabat pemerintahan yang berada di pulau tersebut diungsikan ke bunker perlindungan anti serangan udara.

"Latihan itu bersifat rutin dan terlegitimasi seperti halnya latihan yang digelar dalam upaya mempertahankan pulau terluar kita, perwakilan dari Komisi Perlucutan Senjata dan PBB menyaksikan latihan tersebut," kata seorang pejabat Komando Staf Gabungan yang tidak mau disebutkan namanya.


Respons Negara Tetangga

Jepang pada Senin meminta Korea Utara untuk tidak melakukan tindakan provokatif dalam menjawab rencana latihan militer Seoul di pulau perbatasan Korea Selatan itu

"Pemerintah Jepang sangat berharap bahwa Korea Utara tidak akan menggunakan latihan militer tersebut sebagai alasan untuk melakukan aksi provokatif," kata juru bicara pemerintah, Yoshito Sengoku, dalam jumpa pers rutin.

Sengoku mendukung rencana Korsel untuk melakukan latihan militer tersebut dengan menyebut Seoul memiliki hak dalam menentukan kapan mereka akan menggelar latihan militer rutinnya.

Seorang diplomat China dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB guna mengakhiri krisis di wilayah tersebut juga mengingatkan bahwa pertumpahan darah di semenanjung Korea bisa menjadi "tragedi nasional", seperti dikutip kantor berita berita Xinhua.

Komentar yang dinyatakan oleh deputi perwakilan tetap China untuk PBB Wang Min diucapkan sebelum Seoul melakukan latihan militernya.

Pertemuan di PBB telah gagal mencapai kesepahaman pernyataan terkait krisis Korea tersebut, dan Rusia mengingatkan bahwa komunitas internasional kini hanya dapat berdiam diri tanpa rencana yang dapat mencegah eskalasi ketegangan itu.

Sementara itu Rusia menyayangkan keputusan Korea Selatan untuk menggelar latihan di pulau perbatasan itu dengan menyebut bahwa hal itu beresiko meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.

"Keputusan Korsel untuk menggelar latihan artileri di pulau perbatasan tersebut dapat meningkatkan ketegangan yang terjadi selama ini di Semenanjung Korea," kata seorang sumber Kementerian Luar Negeri Rusia kepada kantor berita Interfax pada Senin.

"Semenanjung itu telah berada di ambang konflik bersenjata dan semua pihak harus melakukan penahanan diri secara maksimal dan tidak membolehkan tindakan yang dapat memicu ekskalasi ketegangan berlanjut," kata pejabat yang tidak mau disebutkan namanya itu.

"Kami tidak menilai bahwa latihan perang tersebut sejalan dengan tujuan itu, terutama dengan tembakan sungguhan," katanya.(*)

(Uu.KR-PPT/M016/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010