Jakarta (ANTARA News) Komite Ekonomi Nasional (KEN) memperkirakan tingkat inflasi pada 2011 akan berada di antara 6,0 sampai dengan 6,5 persen, atau lebih besar dari target di APBN 2011 sebesar 6,3 persen.

Sulit mengharapkan laju inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan 2010. Dengan melihat berbagai kondisi, maka inflasi pada 2011 diperkirakan akan berada di sekitar 6,0 hingga 6,5 persen, demikian Laporan KEN berjudul `Prospek Ekonomi 2011 Memanfaatkan Momentum Pertumbuhan Ekonomi` yang dipaparkan di Auditorium Bank Mega Jakarta, Senin.

Menurut KEN, lebih tingginya angka inflasi itu karena proses pemulihan perekonomian global akan meningkatkan permintaan di pasar global terhadap komoditas, termasuk komoditas pangan.

Harga beras dunia, maupun bahan makanan pokok yang lain akan cenderung mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

Kenaikan ini akan mempengaruhi harga di pasar domestik sehingga sulit mengharapkan laju inflasi yang lebih rendah dibandingkan dengan yang terjadi pada 2010.

Badan Energi Amerika Serikat, yaitu Energy Information Administration (EIA) memproyeksikan harga minyak dunia akan bergerak di rentang 80 hingga 87 dolar per barel di tahun 2011.

Pada kisaran tersebut, tampaknya harga BBM bersubsidi tidak perlu dinaikkan secara signifikan, jadi tekanan inflasi dari sisi harga BBM tampaknya masih akan relatif rendah.

Sementara itu mengenai suku bunga, KEN memperkirakan meski inflasi lebih dari target namun masih akan terkendali dan ada prospek inflasi yang lebih rendah di tahun-tahun mendatang.

Karena itu, Bank Indonesia tampaknya belum akan mengubah kebijakan suku bunganya pada level 6,5 persen hingga akhir 2011.

"Laporan prospek ekonomi 2011 merupakan wujud tanggung jawab KEN untuk memberikan masukan bagi perbaikan ekonomi Indonesia," kata Ketua KEN, Chairul Tanjung.
(A039/R007/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010