"Daya serap belanja pemerintah pusat dan daerah masih tetap menjadi ancaman terhadap kesinambungan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi pada 2011," ungkap KEN dalam laporan Prospek Ekonomi Indonesia 2011 yang dipresentasikan di Jakarta, Senin.
Pada 2010, APBN 2010 tampak memiliki niat yang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal itu terlihat dari rasio defisit APBN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang mencapai 2,1 persen .
Defisit direncanakan sebesar itu karena didorong rencana pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui berbagai proyek pembangunan.
Namun, rendahnya realisasi anggaran menyebabkan kontribusi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi menjadi relatif rendah. Dalam tiga triwulan pertama 2010, pertumbuhan konsumsi pemerintah baru mencapai minus 4,6 persen. Hal ini perlu diperhatikan dan diperbaiki di masa mendatang.
Menurut KEN, selain daya serap anggaran, pekerjaan rumah yang masih tertunda selama beberapa tahun ini antara lain keterbatasan penyediaan infrastruktur, dan pengendalian pembengkakan subsidi energi.
Tantangan lain di 2011 antara lain kemungkinan terjadinya gelembung nilai aset dan inflasi karena kurangnya daya serap ekonomi nasional terhadap masuknya modal asing, risiko terhentinya arus modal masuk bahkan penarikan kembali dalam jumlah besar.
Tantangan dan risiko lain adalah peningkatan daya saing, risiko berkaitan dengan politik/hukum, dan risiko perubahan iklim, bencana alam, dan krisis keuangan.
Mengenai prospek perekonomian Indonesia 2011, KEN memperkirakan masih mengalami perbaikan dan tumbuh di kisaran 6,4 persen. Pertumbuhan diharapkan disumbangkan oleh pertumbuhan investasi, konsumsi rumah tangga dan kenaikan pertumbuhan ekspor.
Belanja pemerintah diperkirakan lebih baik setelah pemerintah belajar dari tahun ini. Mereka diharapkan melakukan perbaikan sistem, proses, prosedur penganggaran dan belanja baik pusat maupun daerah.
"Kami menatap 2011 dengan optimis, namun tidak mengesampingkan risiko-risiko yang mungkin terjadi dan antisipasi yang perlu dilakukan," kata Ketua KEN, Chaerul Tanjung.
(A039/S004/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010