Pontianak (ANTARA News) - Perlahan-lahan, sejumlah kapal "klotok" mendekati Desa Seraras, Kecamatan Sekadau Hilir, Kabupaten Sekadau Hilir, Kamis (16/12) siang.
Kapal tersebut umumnya berisi ibu-ibu yang ingin mendapatkan pelayanan dan penyuluhan KB yang diselenggarakan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BBKBN) Provinsi Kalimantan Barat.
BKKBN Kalbar tengah melakukan program penyuluhan dan pelayanan KB untuk masyarakat desa terpencil yang ada di sepanjang Sungai Kapuas, mulai dari Kota Pontianak hingga Kabupaten Kapuas Hulu, hulunya sungai terpanjang di Indonesia itu.
Pelayaran dimulai dari Pontianak sejak Senin (13/12) dan dijadwalkan kembali tiba di Pontianak sepuluh hari kemudian.
Rombongan berjumlah sekitar 20 orang dipimpin langsung Kepala BKKBN Kalbar, Siti Fathonah. Terdiri dari staf di lingkungan BKKBN Kalbar, bidan, dan mitra kerja seperti Ikatan Penulis KB Provinsi Kalbar.
Mereka menggunakan kapal "bandong". Kapal bandong merupakan gabungan dari kapal kayu dan rumah yang kerap digunakan untuk mengangkut barang dan orang ke pehuluan Kapuas maupun sungai-sungai lainnya di Kalbar dengan jarak ratusan kilometer selama berhari-hari.
Palka digunakan untuk menyimpan barang sedangkan geladaknya dibentuk semacam rumah tanpa sekat sebagai tempat aktivitas orang.
Terkadang, kapal tersebut juga menjadi tempat tinggal bagi pemilik atau pengemudi bersama keluarga.
Sedangkan kapal "klotok", ukurannya jauh lebih kecil dan bentuknya seperti perahu bermotor yang dilengkapi atap untuk melindungi penumpang dari hujan dan panas.
Kapal bandong yang digunakan kali ini berukuran 6 x 24 meter dengan kapasitas angkut 90 ton. Milik H Syahbudin, warga Kecamatan Selimbau, Kabupaten Kapuas Hulu.
Desa Seraras sendiri satu dari lima lokasi yang dijadwalkan menjadi lokasi singgah rombongan tersebut. Sehari sebelumnya, kapal merapat di Desa Semuntai, Kecamatan Mukok, Kabupaten Sanggau.
Warga setempat dengan antusias menyambut kedatangan rombongan.
Nurliawaton, (40), warga Desa Semuntai, Kecamatan Mukok, Kabupaten Sanggau mengatakan, ia mengetahui adanya pelayanan KB dengan menggunakan "Kapal Bandong" dari Ketua RT dan Kepala Desa setempat.
"Katanya di seberang sungai akan ada pelayanan KB, jadinya saya datang ke sini," ungkap Nurliawaton.
Ia datang untuk mendapatkan pelayanan KB jenis suntik yang juga biasa ia dapatkan di Puskesmas Semuntai setiap tiga bulan sekali.
Begitu pula Ervina, (27), warga Desa Semuntai yang juga ibu rumah tangga, ikut mendapatkan pelayanan KB.
"Saya pilih menggunakan implant karena tidak repot lagi harus ke Puskesmas setiap 3 bulan sekali," ungkap ibu satu anak itu.
Selain itu, kata dia, implant tidak mempengaruhi hubungan suami istri, menstruasi pun teratur dan jarak kelahiran pun bisa diatur.
Ia berharap, program KB seperti itu dapat dilakukan secara berkelanjutan. "Ya paling tidak setahun sekali," ungkapnya.
Potret Desa
Di Desa Seraras, kapal tiba sekitar pukul 20.00 WIB setelah menempuh perjalanan tujuh jam dari Semuntai.
Pelayanan sendiri dimulai esoknya, pukul 09.00 WIB. Letak Desa Seraras sekitar 28 kilometer dari Kota Sekadau, ibu kota Kabupaten Sekadau.
Namun untuk menjangkau dengan menggunakan transportasi darat, cukup merepotkan. Harus menyebrangi sungai menggunakan kapal dengan biaya Rp7.500 setiap kali menyebrang.
Kemudian, menyusuri jalan perkebunan sawit sekitar tujuh kilometer, baru bertemu jalan raya menuju Sekadau.
Ada sekitar dua ribu jiwa di Desa Seraras. Kepala Desa Seraras Supriantono mengatakan, struktur penduduk desa cukup banyak yang berusia anak-anak dan remaja.
Ia menambahkan, pemahaman warga tentang Program KB sudah cukup baik. Salah satunya dari tingginya antusiasme warga mengunjungi pelayanan KB yang diberikan BKKBN Kalbar.
Seratus lebih ibu-ibu yang memanfaatkan jasa layanan alat kontrasepsi gratis. Untuk pemasang alat kontrasepsi jenis IUD misalnya, ada 18 orang. Implant, empat orang.
Sisanya menggunakan suntik bulanan dan meminum pil.
Ia menambahkan, yang perlu menjadi perhatian adalah masalah kesehatan reproduksi karena cukup banyak warga usia sekolah yang menikah terpaksa, misalnya gara-gara hamil di luar nikah.
"Usia sekolah anak-anak menikah muda. Dua bulan terakhir saja sudah tiga pasangan yang masih duduk di bangku SMA menikah," kata Supriantono.
Hal itu disebabkan, katanya, dari pergaulan yang tidak terkendali karena tinggal jauh dari pengawasan orang tua. Ia berharap, dengan adanya penyuluhan KB dapat memberikan pencerahan bagi warga Desa Seraras.
Peta Masalah
Kepala BKKBN Kalbar Siti Fathonah mengatakan, Desa Seraras mungkin menunjukkan sebagian kondisi permasalahan kependudukan di perdesaan.
Ia menambahkan, pelayaran menyusuri Sungai Kapuas hingga ke pedalaman telah direncanakan sejak awal tahun 2010. Menurut dia, dari berbagai kondisi yang ditemui selama perjalanan itu akan menjadi dasar pemetaan kebijakan di bidang kependudukan dan Program KB tahun 2011.
Ia melanjutkan, daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan akan menjadi sasaran utama pelayanan di tahun 2011.
Siti Fathonah mengungkapkan, masyarakat pada umumnya sudah paham tentang Program KB. Namun, mereka hanya mengenal dua jenis alat kontrasepsi saja yakni suntik dan pil.
"Masih ada jenis-jenis lain seperti IUD dan implant. Mereka belum ada pemahaman menyeluruh mengenai cara kerja masing-masing alat kontrasepsi," katanya.
Rawasiyah, bidan dari Kabupaten Kubu Raya yang mengikuti pelayaran itu mengatakan, banyak ibu-ibu yang belum memahami alat kontrasepsi.
"Mereka butuh pemahaman lebih lanjut," kata Rawasiyah.
Rawasiyah merupakan bidan yang sudah mendapat sertifikasi memasang IUD dan implant.
Ia mampu melayani wanita yang ingin menggunakan IUD dalam waktu lima menit. Sedangkan implant 10 menit.
Siti Fathonah punya keinginan lain di tahun 2011. Ia berencana melakukan pelayaran ke pulau-pulau terpencil di wilayah Kalbar untuk memberi pelayanan KB.
Jumat (17/12), rombongan melakukan pelayanan di Desa Tempunak Kapuas, Kecamatan Tempunak, bersamaan dengan kegiatan Korem 121/ABW, Polres dan Pemkab Sintang.
Menjelang sore, kapal bandong yang dinahkodai Syamsul, perlahan-lahan meninggalkan Desa Tempunak Kapuas, menuju desa selanjutnya di Kecamatan Semitau, Kabupaten Kapuas Hulu.
(T011/B010)
Oleh Teguh Imam Wibowo dan Dian Rak
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010