Yogyakarta (ANTARA News) - Erupsi Gunung Merapi tidak saja membawa korban jiwa maupun harta benda warga yang tinggal di lereng gunung itu, namun juga membawa dampak bagi pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan turunnya jumlah kunjungan wisatawan secara drastis.
Erupsi Merapi sejak 26 Oktober 2010 berdampak serius terhadap sektor pariwisata khususnya perhotelan dan restoran di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), sehingga mengakibatkan kerugian yang cukup besar karena banyak penundaan bahkan pembatalan kunjungan wisatawan ke Yogyakarta.
"Kerugian sektor pariwisata makin bertambah setelah ada keputusan Dirjen Perhubungan Udara yang menutup untuk sementara Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta," kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) Deddy Pranowo.
Ia mengatakan penutupan Bandara Adisutjipto yang terlalu lama saat itu, serta pemberitaan media massa yang menakutkan tentang kondisi Yogyakarta terkait dengan aktivitas Gunung Merapi, menyebabkan wisatawan semakin tidak berani berkunjung ke Yogyakarta.
"Pemberitaan dari media massa yang menakutkan mengenai hujan abu vulkanik misalnya, menyebabkan wisatawan menunda rencana kunjungannya ke daerah ini," katanya.
Pascaerupsi Gunung Merapi merupakan momentum para pemangku kepentingan pariwisata Provinsi DIY untuk berbenah diri dan bangkit kembali dengan melakukan `recovery` sehingga keterpurukan pariwisata di daerah ini tidak berlarut-larut.
Ketua Umum Badan Pimpinan Pusat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Yanti Sukamdani Hardjoprakoso mengatakan citra pariwisata Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta harus segera dipulihkan.
Pariwisata DIY yang ambruk pascaletusan Gunung Merapi harus segera dipulihkan karena ambruknya sektor tersebut memberi dampak yang besar bagi ekonomi setempat.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan destinasi wisata terbesar kedua di Indonesia setelah Bali, oleh karena itu citra pariwisata daerah ini tidak boleh dibiarkan lama terpuruk.
"Selain itu media massa hendaknya juga tidak memberitakan kondisi DIY secara berlebihan terkait dampak erupsi Merapi, tidak benar jika daerah ini berbahaya bagi wisatawan," katanya.
Menurut dia tingkat hunian hotel di DIY hanya sekitar 20 persen akibat meletusnya Gunung Merapi dan diperparah dengan pemberitaan media yang terkesan menakut-nakuti wisatawan untuk datang ke daerah ini.
"Pada saat letusan pertama (26/10) tingkat hunian masih cukup tinggi yakni 70 persen, bahkan dua hari pascaletusan tingkat hunian mencapai 90 persen. Namun setelah itu anjlok hingga tinggal 20 persen," katanya.
Gandeng Media Massa
Upaya pemulihan citra pariwisata DIY pasca erupsi Merapi memang dilakukan oleh seluruh komponen pariwisata di daerah ini dengan berbagai cara dengan tujuan agar kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara dapat pulih kembali.
Salah satu di antaranya dalam upaya memulihkan citra pariwisata DIY adalah menggandeng media massa baik nasional maupun internasional dengan harapan dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung kembali ke daerah ini.
"Untuk memulihkan citra pariwisata DIY pascaerupsi Gunung Merapi, kami akan menggandeng media massa-media massa nasional mapun internasional," kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan dan Wisata Indonesia (Asita) DIY Edwin Ismedi Himna .
Selain itu Asita DIY juga berupaya untuk menggelar kembali kegiatan-kegiatan pertemuan berskala nasional maupun internasional yang batal digelar maupun dialihkan ke kota lain.
"Semua pihak, terutama pemerintah, untuk bisa membawa acara meeting incentive convention and exhibition (MICE) ke Yogyakarta sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan citra pariwisata Yogyakarta," katanya
Sementara itu sejumlah insan penggiat pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar upacara penyambutan kedatangan penumpang internasional pertama setelah Bandara Internasional Adisutjipto Yogyakarta kembali dibuka untuk aktivitas penerbangan.
Kegiatan ini sebagai wujud harapan agar dengan dibukanya kembali Bandara Adisutjipto Yogyakarta yang sempat ditutup selama dua minggu akibat ancaman abu vulkanik letusan Gunung Merapi dapat kembali menggairahkan pariwisata di Yogyakarta.
Penumpang kedatangan pertama yang disambut tersebut merupakan penumpang Maskapai Air Asia tujuan Singapura-Yogyakarta .
Kegiatan penyambutan dilakukan dengan memberikan kalungan selendang batik untuk penumpang yang turun dari pesawat baik itu untuk penumpang warga negara asing maupun penumpang warga negara Indonesia yang pulang dari Singapura.
Aman Dikunjungi
Sejumlah objek wisata di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sampai saat ini sudah aman untuk dikunjungi wisatawan.
"Pascaletusan Gunung Merapi, banyak wisatawan yang menanyakan, baik melalui email maupun per telepon tentang situasi Kota Yogyakarta. Kami perlu menjelaskan kepada mereka situasi terakhir Kota Yogyakarta," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY, Tazbir.
Ia mengatakan, Gunung Merapi sampai kini masih aktif tetapi kawasan bahaya Merapi telah diturunkan menjadi 10 kilometer dari puncak untuk wilayah di sebelah barat Kali Boyong dan 15 kilometer dari puncak untuk wilayah timur Kali Boyong.
"Aktivitas Gunung Merapi kini makin menurun meskipun status gunung api terakktif di dunia ini masih dinyatakan `Siaga`," katanya.
Menurut dia, Kota Yogyakarta termasuk zona aman karena terletak 40 km dari puncak Gunung Merapi.
Sedangkan sejumlah objek wisata di antaranya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Candi Prambanan, Candi Borobudur, Taman Sari, Kawasan Malioboro dan lain-lainnya berada di luar radius zona bahaya bencana Merapi, sehingga aman untuk dikunjungi wisatawan.
"Yang jelas aktivitas masyarakat di Yogyakarta sudah kembali normal. Jadi Yogyakarta tetap aman dan nyaman serta siap menyambut kedatangan wisatawan," kata Tazbir. (H008/K004)
Oleh Oleh Heru
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010