Klaten (ANTARA) - Air minum warga lereng Gunung Merapi ternyata mengandung bakteri berbahaya jenis Escherichia coli. Hal itu diketahui setelah Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten melakukan pengujian contoh air.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Klaten, Ronny Roekmito, di Klaten, Minggu mengatakan bahwa contoh air yang diambil pada sembilan bak penampungan air di Desa Balerante, Tegalmulyo, Sidorejo dan Kendalsari Kecamatan Kemalang, ternyata mengandung bakteri membahayakan.
"Hasil uji laboratorium di Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten menyatakan bahwa sembilan contoh air itu semuanya terdapat bakteri ecoli, sehingga tidak layak konsumsi, dan harus dimasak hingga mendidih sebelum diminum," katanya.
Menurut dia, bakteri yang berkembang dalam air yang tidak sehat tersebut dapat menimbulkan penyakit p
Dia menjelaskan, bakteri tersebut hidup dalam air yang tidak sehat dan warga lereng Merapi terpaksa mengkonsumsi air hujan di bak-bak penampungan air setempat dikarenakan awan panas Merapi telah menghanguskan pipa-pipa penyalur air bersih.
Padahal, menurut Ronny, butiran air hujan di lereng Merapi bereaksi dengan gas yang bisa membahayakan kesehatan.
"Kandungan air hujan akan berbeda-beda untuk setiap tempat tergantung kondisi. Di lereng Merapi saat erupsi air hujan bercampur abu dan tentu berbahaya jika diminum," katanya.
Penyakit yang dapat ditimbulkan berupa diare hingga penyakit pencernaan lainnya, katanya.
Dia mengatakan, sejauh ini pihaknya belum menerima laporan tentang penyakit akibat konsumsi air tersebut, bahkan angka penderita diare menurun sejak pengungsi kembali ke rumah masing-masing di lereng Merapi.
"Kemungkinan masyarakat memang sudah lebih waspada terhadap kondisi itu, yakni ketika ingin mengkonsumsi air tersebut, harus benar-benar mendidih sebelum diminum untuk mematikan bakteri itu,"katanya.
Hingga sekarang, pihak pemerintah belum bisa menyalurkan air bersih secara permanen ke lereng Merapi, dan pengiriman air dari PDAM dan Pemkab Klaten pun terbatas serta belum dapat dinikmati oleh seluruh warga di sana.
(ANT-198/A035/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010