"Kalau anak-anak dibiasakan tak menolong hewan yang tertabrak atau temannya yang celaka sejak dini, kami yakin saat ia dewasa tak akan acuh kepada nasib sesama," kata pengamat pendidikan, Sukemi, Minggu.
Menurut dia, pembelajaran orang tua kepada anak tidak perlu ditempuh dengan cara rumit dan mengeluarkan biaya tinggi.
"Mereka bisa mengajarkan anaknya peka dengan segala kejadian di kehidupan sosial, baik berupa kecelakaan maupun bencana alam," ujar Staf Khusus Menteri Pendidikan Nasional Bidang Komunikasi Media ini.
Dia kecewa, karena sampai sekarang banyak orang tua justru meminta anaknya diam saat kecelakaan lalu lintas terjadi atau ketika temannya kena musibah.
"Memang di satu sisi orang tua ingin anaknya selamat, tetapi ada baiknya budaya menolong korban kecelakaan bisa dikenalkan," tuturnya.
Di samping itu, ia mengaku, peran guru di sekolah sangat penting saat mengajarkan budaya menolong di sekolah.
"Salah satunya memanfaatkan waktu sekitar 20 persen dari total jam pelajaran sepekan," ujarnya.
Selama ini, tambah dia, peluang tersebut dapat digunakan untuk mengajarkan pelajaran, norma, atau apa pun, sehingga menjadi bekal anak didiknya pada masa mendatang.
"Selain itu, guru di sekolah dapat mengoptimalkannya untuk menyosialisasi tentang keaksaran media, mengingat selama ini banyak tayangan televisi yang tidak sesuai usia anak," katanya.
Dia menyarankan orang tua terus memantau apa yang ditonton anaknya melalui televisi di rumah maupun di luar rumah karena cara ini dapat menghindarkan anak dari meniru adegan baik kekerasan maupun kejahatan yang disajikan televisi.
"Bahkan, yang terpenting selalu memberikan pemahaman terhadap anak ketika mereka sedang menonton, misal, bagaimana tayangan itu dibuat," tuturnya. (*)
ANT/C004/AR09
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010