Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Minggu, menggelar Lomba Mewarnai Wayang dan Ludruk Bareng Bule (Bermain Ludruk Bersama Orang Asing).
"Kami menggelar `Pendopoan` (Pentas Seni Budoyo Suroboyoan) di Gedung Cak Durasim, Surabaya, pada pukul 14.00-21.00 WIB untuk mengobarkan semangat cinta budaya," kata Ketua Panitia `Pendopoan` Arnanda Krismanto.
Ia menjelaskan, acara "Pendopoan" yang menggelar berbagai macam kebudayaan khas Surabaya itu akan dimulai dengan "Pendopoan Bocah" pada pukul 14.00 WIB yakni Lomba Mewarnai Wayang dan Panggung Cerita Rakyat.
"Adik-adik kita diharapkan tidak asing dengan budayanya sendiri, karena seperti yang kita tahu, mereka lebih banyak disodori film kartun asing," paparnya.
Ajang "Pendopoan Bocah" juga akan dimeriahkan dengan pemutaran film pendek anak-anak bernuansa lokal berjudul "Culo Boyo Cilik" yang merupakan karya Cak Ikin yang diputar sekitar pukul 16.00 WIB.
"Peserta lomba dan pengunjung juga bisa menjelajahi budaya lokal di Mobil Sahabat Ibu dan Anak yang disediakan oleh Badan Pengembangan Masyarakat (Bapemas) Surabaya," tuturnya, menjelaskan.
Selama acara berlangsung, pengunjung juga akan dimanjakan berbagai jajanan dan makanan khas Surabaya di "Bakul Boyo" (Bazar Kuliner Suroboyo) yang juga menyediakan pernak-pernik khas Surabaya.
"Puncak acara di malam hari akan dimeriahkan dengan suguhan Ludrukan Marsudi Laras Bareng Bule. Pentas ludruk itu didedikasikan khusus untuk mengingatkan kembali bahaya AIDS berkaitan dengan peringatan Hari AIDS se-Dunia," ujarnya, menjelaskan.
Pentas "Ludrukan Bareng Bule" bertajuk "Sopo Salah Bakal Seleh" itu, menampilkan tiga ekspatriat yang akan "nge-ludruk" habis-habisan.
"Honestly, it`s difficult to me. But, I`ll try my best dan enjoy this challenge (Sejujurnya, ini sulit buat saya, tapi saya berusaha menampilkan yang terbaik dan menikmati tantangan ini)," kata Adam Intrys, salah satu ekspatriat yang berprofesi sebagai `native` di Surabaya itu di sela-sela persiapan `Pendopoan`.
Menurut Humas Panitia `Pendopoan` Puspita, penampilan ludruk yang dimainkan para bule itu mengandung pesan lain buat masyarakat.
"Bule saja mau main ludruk, masak kita yang punya ludruk kok kayaknya nggak peduli dengan budaya sendiri," katanya.(*)
E011/C004
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010