Kondisi pandemi COVID-19 mempercepat adopsi pengantaran makanan di Asia Tenggara.
Jakarta (ANTARA) - Grab memprediksikan pengantaran makanan online di Asia Tenggara tumbuh lebih cepat dari total pengeluaran jasa makanan di kawasan ini dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 24,4 persen versus 12,1 persen pada 2025.
Pertumbuhan tercepat diperkirakan terjadi di Myanmar, Vietnam, dan Filipina dengan total nilai Gross Merchandise Value (GMV) pengantaran makanan online kawasan Asia Tenggara menjadi tiga kali lipat lebih tinggi dari 9 miliar dolar AS pada 2020 yaitu 28 miliar dolar AS pada 2025.
“Kondisi pandemi COVID-19 mempercepat adopsi pengantaran makanan di Asia Tenggara,” kata Group Managing Director for Operations Grab Russell Cohen dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat.
Baca juga: 72 persen keluarga Indonesia gunakan layanan pesan antar makanan
Grab melalui Laporan Tinjauan Industri Pengiriman Makanan 2021 dalam kemitraan dengan Euromonitor International turut menemukan sebanyak 26 persen konsumen yang disurvei di Asia Tenggara adalah pengguna baru layanan pengantaran makanan online.
Motivasi utama konsumen untuk mencoba layanan tersebut adalah untuk menghindari kegiatan makan di luar dan meminimalisir kontak dengan orang lain.
Kemudian juga untuk memesan makanan bagi keluarga dan teman serta menikmati promosi eksklusif yang hanya tersedia di platform pengantaran online.
Baca juga: Martabak jadi makanan paling populer di layanan pesan-antar
Selama periode Oktober 2020 hingga Maret 2021, sebanyak 78 persen konsumen di kawasan Asia Tenggara mengaku menggunakan layanan pengantaran makanan sebanyak seminggu sekali bahkan lebih.
Sementara itu, konsumen di Asia Tenggara menunjukkan pergeseran ekspektasi layanan pesan antar makanan terutama mengenai kecepatan pengantaran oleh 51 persen responden, variasi pilihan makanan oleh 45 persen responden dan ketersediaan promosi oleh 41 persen responden.
“Apabila diukur berdasarkan faktor-faktor ini maka GrabFood mengungguli kecepatan pengantaran dan variasi pilihan makanan,” ujar Cohen.
Selanjutnya, laporan ini juga memprediksikan penjualan makanan siap saji secara keseluruhan di Asia Tenggara akan mencapai 170,5 miliar dolar AS dengan skala penetrasi pengantaran makanan online meningkat hingga 16,4 persen.
Faktor pendorongnya adalah jumlah masyarakat kelas menengah dan adopsi smartphone yang meningkat dengan mayoritas transaksi berasal dari kota-kota terbesar di Asia Tenggara.
Cohen menuturkan pertumbuhan pengantaran makanan online dan penjualan makanan siap saji juga akan dialami oleh kota-kota kecil di Asia Tenggara seiring peningkatan infrastruktur dan konektivitas.
Oleh sebab itu, ia memastikan Grab akan berinvestasi dalam teknologi untuk menurunkan biaya pengantaran agar layanan pengantaran on-demand menjadi lebih terjangkau dan dapat diakses lebih banyak orang.
“Posisi terdepan kami di bidang mobilitas, pengantaran makanan, dan pembayaran dompet digital memberikan Grab keunggulan untuk menangkap peluang besar di hadapan kami,” ujarnya.
Dalam pengumuman pendapatan Grab dilaporkan bahwa GMV GrabMart untuk kuartal I-2021 meningkat 21 persen (mtm) dibandingkan kuartal IV-2020 dan 36 kali lebih tinggi dibandingkan kuartal I-2020.
Cohen menjelaskan pencapaian ini tidak lepas dari adanya pandemi CIVID-19 yang menggeser perilaku konsumen untuk membeli makanan dan bahan makanan secara online.
Di sisi lain, penetrasi pengantaran bahan makanan online sangat rendah di kawasan ini yaitu hanya di atas 1 persen dibandingkan dengan 8 persen di China dan 9 persen di AS.
“Strategi kami untuk GrabMart adalah melayani pasar masal sehingga kami dapat menawarkan layanan pengantaran bahan makanan pada titik harga yang berbeda untuk memenuhi ekspektasi harga yang berbeda di Asia Tenggara,” jelasnya.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2021