Pariaman (ANTARA News) - Anak dua nagari di Pariaman, Sumatera Barat, mengarak sorban (mangarak saroban) diibaratkan milik Hosen yang terbunuh pada perang Karbala dalam rangkaian Pesta Budaya Tabuik Pariaman 2010.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pariaman, Yaminu Rizal di Pariaman, mengatakan, prosesi mengarak sorban hampir sama dengan kegiatan "Maarak Panja" (mengarak jari-jari) pada hari sebelumnya,
"Hanya saja, yang diarak kali ini adalah sorban (penutup kepala) Hosen, di mana pada perang itu Hosen terbunuh dengan keadaan yang tragis dan tidak wajar yang masih menggunakan sorbannya," jelasnya.
Prosesi mengarak sorban juga diiringi Tabuik Lenong (mini) dan Gendang Tasa oleh dua nagari.
Pada prosesi ini, katanya, tidak dilakukan pemungutan uang (sumbangan) kepada pemilik rumah-rumah yang dilewatinya seperti prosesi Mengarak Jari-jari.
Namun kejadian perselisihan antara dua nagari, yakni nagari Pasa dan Subarang tetap ada sebagai makna simbolik perang karbala sejak 1 hingga 10 muharram.
Pantauan ANTARA di lapangan, pada prosesi mengarak jari-jari dan mengarak saroban, bentrok nyaris terjadi saat dua nagari berselisih saat berarak-arakan.
Puluhan pihak kepolisian dan Satpol-PP ikut menghalau sejumlah anak nagari yang emosinya terpancing.
Tabuhan gendang tasa dengan irama peperangan membuat sejumlah anak nagari semakin bersemangat sehingga mereka terpancing emosi.
Ratusan warga Pariaman berkumpul di sekitar tugu Tabuik untuk menyaksikan prosesi tersebut.
Yaminu Rizal menambahkan, selain prosesi ritual Tabuik, panitia juga menggelar sejumlah kegiatan pada hari yang sama, yakni Lomba Asmaul Husna dan Lomba Qasidah Rebana.
Lomba Gendang Tasa dan pegelaran kesenian Gamad, juga akan digelar pada Sabtu (18/12).
Pada Minggu (19/12), prosesi akan dilanjutkan dengan "Tabuik Naik Pangkek" kemudian pada sore harinya Tabuik akan dilarung ke laut.(*)
(ANT-208/I006/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010