Bojonegoro (ANTARA News)- Jalur Kereta Api (KA) Surabaya- Jakarta lewat Bojonegoro, Jawa Timur, yang terganggu akibat kejadian tabrakan KA Rajawali dan KA barang Antaboga di Stasiun Kapas, Kecamatan Kapas, Jumat pukul 20.00 WIB sudah normal.
"Pukul 21.00 WIB KA Kertajaya masuk stasiun Bojonegoro, "kata petugas KA Stasiun Kota Bojonegoro, Suhadak, kepada ANTARA, malam tadi. Sesuai jadwal KA Kertajaya dari arah Surabaya dengan tujuan Jakarta tersebut masuk stasiun Kota Bojonegoro, pukul 17.00 WIB.
Normalnya jalur KA di Bojonegoro tersebut, setelah rangkaian KA barang Antabogo, ditarik dengan loko lain ke stasiun Kota Bojonegoro yang berjarak sekitar tujuh km.
Setelah itu, rangkaian gerbong KA Rajawali yang tidak rusak dengan sebagian besar penumpang dengan loko lain meneruskan perjalanan ke arah Jakarta. "Dua loko yang bertabrakan tetap di stasiun Kapas, termasuk gerbong KA Antaboga dan KA Rajawali yang rusak, " katanya.
Menurut Suhadak, rangkaian gerbong KA Rajawali yang bisa meneruskan perjalanan dengan membawa penumpang, berangkat dari stasiun Kota Bojonegoro dengan tujuan Jakarta, sekitar pukul 20.00 WIB. Tetapi, Suhadak mengaku tidak tahu pasti jumlah gerbong dan penumpang yang tetap melanjutkan dengan gerbong KA Rajawali.
Dengan demikian, KA yang terganggu perjalanannya selain KA Rajawali yang mengalami tabrakan, KA lainnya yakni KA Kertajaya, KA Gumarang, KA Sembrani, semuanya dari arah Surabaya dengan tujuan Jakarta yang terpaksa harus menunggu di stasiun Baureno sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan.
Sementara itu, Kepala Stasiun Kota Bojonegoro, Djoko Mardi Gutomo mengaku tidak tahu pasti penyebab terjadinya kecelakaan dua KA di stasiun Kapas itu.
"Tolong kalau ingin jelas tanyakan di stasiun Kapas, "katanya mengelak.
Dimintai konfirmasi Kapolres Bojonegoro, AKBP Agus S Hidayat, mengaku masih memintai keterangan kepada petugas KA di stasiun Kapas yang sedang bertugas ketika terjadi kecelakaan dua KA persis di depan stasiun Kapas itu.
"Fokus kami jelas, penyebabnya dua KA tersebut masuknya sama pada jalur KA satu yang seharusnya berbeda," katanya menegaskan.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009