"Tim khusus dari Bappeda untuk mengumpulkan data produksi beras harus segera diturunkan, pastikan apakah benar Jambi surplus beras," katanya di Jambi, Kamis.
Menurut Hasan Basri Agus, tim yang diturunkan nantinya merupakan tim dari Bappeda Provinsi Jambi bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi.
Tujuannya hanya untuk memastikan apakah kita (Jambi) benar-benar surplus atau tidak, jangan sampai membingungkan masyarakat.
Gubernur optimistis, tim yang diturunkan itu akan membawa keputusan yang tepat.
"Kalau memang surplus, kita katakan surplus, tapi kalau tidak, kita katakan tidak. Jangan sampai mengatakan surplus jika realitasnya di lapangan tidak surplus," katanya.
Namun di balik itu, tidak menutup kemungkinan jika Provinsi Jambi bisa dikatakan surplus. Seperti yang pernah diungkapkannya selama ini bahwa beberapa rumah tangga petani memiliki "beras usang" karena terlalu lama namun tetap tidak dijual.
Beberapa fenomena ini bisa menjadi alasan Jambi disebutkan surplus beras.
Sementara itu, Kepala Bappeda Provinsi Jambi H Fauzi Ansori mengatakan, pihaknya bersama BPS akan melakukan pendataan ulang dan turun ke sentra-sentra produksi beras di kabupaten/kota.
Sedangkan soal adanya data dari Balai Wilayah Sungai (BWS) yang menyatakan produksi beras di Provinsi Jambi defisit hingga 58.215 kilogram, Fauzi mengatakan, itu karena data BWS berdasarkan luas lahan dikaitkan dengan hasil produksi.
Data BWS dan data BPS akan diadu dan bandingkan, sebab pihaknya tidak bisa mengatakan surpus atau tidak surplus jika belum diketahui secara pasti dan untuk sementara data yang dipublikasikan itu yang mereka yakini.
Ia menambahkan, data ini direkam oleh berbagai pihak dan dipublikasikan dalam angka. BPS menyajikan data yang berasal dari berbagai daerah, namun untuk memastikan akan dilakukan pengolahan data soal produksi beras itu.
Pihaknya akan menghitung ulang karena tujuannya untuk mengetahui sejauhmana produksi beras, luas lahan, luas panen dan lainnya. (YJ/BK004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010