Santo Domingo (ANTARA News/AFP) - Mantan presiden Amerika Serikat Bill Clinton, Rabu, menyeru penghitungan ulang "objektif" dalam pemilihan presiden Haiti. Ia menilai hasil yang adil sangat penting untuk pemulihan dan kebangkitan bangsa yang pernah dilanda gempa itu.
"Mereka telah sepakat saya kira, komisi (pemilu) untuk melihat kembali suara-suara dengan obyektif dan para pemantau," kata Clinton setelah memimpin rapat dewan rekonstruksi Haiti.
"Saya pikir program itu berpeluang memberikan kesempatan terbaik bagi rakyat Haiti untuk menerima hasil pemilihan umum," katanya kepada wartawan di Santo Domingo, seraya menambahkan, "kita perlu pandangan objektif dari penghitungan ini."
Clinton sepakat bahwa kehadiran internasional yang lebih besar diperlukan untuk memantau penghitungan berikutnya sehingga rakyat Haiti dapat mempercayai hasilnya dan dunia dapat melanjutkan dukungannya untuk pembangunan kembali negara yang dikoyak gempa itu.
"Ini membuat lebih mudah bagi saya untuk melakukan apa yang saya lakukan, itu membuat lebih mudah bagi saya untuk mendapatkan donor guna menghormati komitmen mereka dan jauh lebih penting untuk Haiti dalam jangka panjang, itu membuat lebih mudah bagi saya untuk mendapatkan investor baru untuk datang dan orang-orang untuk bekerja dan menciptakan ekonomi baru."
Clinton, yang merupakan utusan PBB untuk Haiti bahkan sebelum bencana gempa bumi 11 bulan lalu yang menewaskan 250.000 orang, telah memimpin pertemuan rutin dari Komisi Interim Pemulihan Haiti (IHRC).
Komisi itu dibentuk setelah gempa Januari untuk mengawasi upaya rekonstruksi besar-besaran yang akan didanai oleh komitmen bantuan 10 miliar dolar AS yang dijanjikan dalam jangka panjang oleh masyarakat internasional.
Tugas komisi itu menjadi lebih sulit setelah wabah kolera dan kerusuhan politik mematikan muncul pasca pemilihan umum 28 November, yang mana Presiden Rene Preval dituduh mencoba berlaku curang dengan memilih pengganti.
Pada awal tahun Haiti digoncang gempa besar yang menewaskan ratusan ribu orang, sementara itu beberapa waktu terakhir wabah kolera yang terus meluas di negara tersebut telah mengakibatkan korban jiwa dan meningkatkan keresahan. (G003/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010