Pamekasan (ANTARA News) - Seorang mahasiswa peserta demonstrasi pingsan terkena tendangan polisi ketika menggelar aksi di kantor DPRD Pamekasan, Madura, Jawa Timur, sehingga dilarikan ke rumah sakit daerah (RSD) setempat.
Faridi dari Universitas Madura (Unira), pingsa setelah tendangan polisi berkali-kali mengenai dirinya dalam unjukrasa ricuh di kantor DPRD Pamekasan, Rabu.
"Kami sangat menyayangkan aksi kekerasan ini terjadi," kata Koordinator lapangan (Korlap) aksi mahasiswa, Mahrus Ali, yang juga terkena tendangan petugas saat demo berlangsung.
Ratusan mahasisa dari berbagai Perguruan Tinggi (PT) se-Kabupaten Pamekasan ini mengkritik kebijakan Pemkab Pamekasan yang membakar berkas soal CPNS.
Ada enam tuntutan yang disampaikan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Pamekasan ini.
Pertama, menuntut pemerintah hendaknya melakukan koreksi secara manual hasil tes CPNS, mengembalikan lembar jawaban peserta, mempublikasikan kunci jawaban di media dan mempublikasikan rangking dan nilai peserta tes CPNS.
"Yang terakhir kami menuntut standarisasi kelulusan dan penilaian," kata Mahrus Ali menjelaskan.
Demo ratusan mahasiswa PMII dari berbagai Perguruan Tinggi di kantor DPRD Pamekasan ini bergerak dari monumen Arek Lancor yang menjadi simbol jantung kota Pamekasan.
Mereka bergerak menuju kantor DPRD di Jalan Kabupaten Pamekasan dengan berjalan kaki.
Di sepanjang jalan, para pengunjuk rasa ini menggelar orasi, sambil membagi-bagikan brosur kepada warga di sepanjang jalan yang dilaluinya.
Awalnya demo yang diikuti sekitar seratus mahasiswa lebih (350 versi mahasiswa) ini berlangsung dengan tertib.
Namun tiba-tiba para demonstrans menjadi bringas, setelah sampai di depan kantor DPRD itu dan meminta agar semua anggota dewan menemui para demonstrans.
Karena tuntutan mahasiswa meminta semua anggota dewan menemui mereka tidak terpenuhi, maka sebagian mahasiswa ini lalu menerobos balikade polisi dan berupaya masuk ke kantor dewan.
Saat itulah lalu bentrok terjadi antara para demonstran dengan petugas kepolisian dari jajaran Polres Pamekasan yang saat itu sedang mengamankan unjuk rasa.
"Kami terpaksa melakukan tindakan kekerasan karena para pengunjuk rasa ini yang memancing kami melakukan tindakan kekerasan," kata Wakapolres Pamekasan, Kompol Muldjadi.
Ia menjelaskan kata-kata kasar yang disampaikan para demonstran dalam aksi itu telah memancing emosi petugas.
"Masak aparat dibilang keparat, anjing," kata Muldjadi menirukan ucapan orasi mahasiswa yang disampaikan dalam demonstrasi, tersebut.
(ANT/S026)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010