“Proses rebranding Indigo merupakan respon Telkom untuk menyesuaikan dengan perubahan dalam menjalankan program inkubasi dan akselerasi startup digital di era New Normal akibat pandemi COVID19 ini," ujar Direktur Digital Business Telkom, Fajrin Rasyid dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut Fajrin, kebaruan dari proses rebranding bukan hanya secara internal dalam hal pengelolaan program inkubasinya, melainkan juga dengan meluncurkan inisiatif secara eksternal yang besar harapannya bisa memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital yang nyata bagi Indonesia.
Dengan brand baru ini, program Indigo menegaskan tujuannya untuk memberikan akses nyata untuk perwujudan visi para startup founders (pendiri usaha rintisan) di Indonesia. Dengan visi menjadi tempat yang tepat bagi para pendiri usaha rintisan di Indonesia, Indigo akan mewujudkan visi inovasi digitalnya yang dapat memberikan dampak besar bagi bangsa dan negara.
Rebranding Indigo ditujukan menjawab tantangan perubahan untuk mempercepat perkembangan ekosistem startup dan pertumbuhan ekonomi digital Indonesia.
Indigo merupakan program inkubasi/akselerasi usaha rintisan yang lengkap dengan program pengembangan startup end-to-end yang dimulai dengan kegiatan nurturing creativity di tahapan pre-startup, inkubasi/akselerasi usaha rintisan hingga pada program sinergi bisnis dan investasi lanjutan atau follow-on funding. Program inkubasi/akselerasi Indigo ini pertama kali diadakan pada tahun 2013 dan secara konsisten Indigo melaksanakan startup batch intake sebanyak dua kali setiap tahunnya.
Selama delapan tahun menjalankan program inkubasi dan akselerasi usaha rintisan digital, Indigo telah membina 52.276 talenta digital yang tersebar di 17 IndigoSpace (dahulu bernama “Digital Innovation Lounge” [DILo]) di seluruh Indonesia. Indigo juga sudah membina 194 usaha rintisan dari 15 jenis industri.
Dari 194 usaha rintisan tersebut, terdapat 91 startup alumni yang masih aktif menjalankan bisnisnya di pasar domestik maupun internasional, 28 usaha rintisan yang saat ini sedang berada dalam program inkubasi/akselerasi, dan 75 usaha rintisan gagal.
Selain itu terdapat 24 usaha rintisan Indigo yang telah memperoleh investasi lanjutan dari berbagai Venture Capital (VC) serta investor dalam dan luar negeri.
Bahkan pada tanggal 8 September 2021 mendatang, RUN System (usaha rintisan Indigo tahun 2014) akan menjadi usaha rintisan alumni Indigo pertama yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (IDX) dengan melakukan Initial Public Offering (IPO) menggunakan kode saham RUNS.
Selama satu windu menjalankan program inkubasi, usaha rintisan Indigo telah berkontribusi dalam mendigitalisasi Indonesia di berbagai sektor seperti kota cerdas, perdagangan, finansial, UKM, pendidikan, logistik, dan kesehatan, di mana beberapa kontribusi ini terwujud melalui kolaborasi bersama TelkomGroup.
Kolaborasi lain dalam mendukung tumbuhnya ekosistem usaha rintisan di Indonesia juga Indigo lakukan melalui kerja samanya antara lain dengan berbagai instansi pemerintah (termasuk Kementerian dan Pemerintah Daerah), Perguruan Tinggi, serta komunitas usaha rintisan.
Baca juga: Menparekraf minta "startup" berdayakan masyarakat
Pewarta: Aji Cakti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2021