Jakarta (ANTARA News) - Sarana dan prasarana serta fasilitas olah raga yang memadai yang diterima atlet akan menunjang seseorang olahragawan untuk merebut prestasi tinggi.
Hal itu dikemukakan pembicara Paulus Pasurney dari Satlak Prima dalam diskusi "Evaluasi Asian Games 2010 Guangzhou dan Outlook Olahraga Indonesia 2011" di Jakarta, Selasa.
"Sarana olah raga di Indonesia sudah tidak memadai apalagi jika dibandingkan dengan penduduk Indonesia," katanya pada diskusi yang digelar dalam rangka HUT ke-73 LKBN ANTARA itu.
Diskusi ini dihadiri pembicara sosiolog Frizt E Simandjuntak, atlet Yayuk Basuki, pelatih Sigit Pamungkas, Ketua Binpres KONI Heri Setiono dan Deputi Menpora Joko Pekik.
Menurut dia, selain itu ada enam komponen lainnya yang perlu diperhatikan untuk merebut prestasi tinggi itu. Komponen itu adalah sistem kompetisi, mental atlet, konstitusi tubuh atlet, keadaan fisik atlet, ketrampilan teknik dan pemahaman taktik/strategi.
"Faktor eksternal lainnya seperti kompetisi untuk atlet tidak berjalan dan berkelanjutan, itu jelas mempengaruhi," katanya.
Hal senada juga disampaikan pelatih Sigit Pamungkas, perlu adanya pencari bakat untuk memantau atlet Indonesia dari usia muda. "Untuk memunculkan atlet berprestasi tinggi itu perlu waktu," kata pelatih yang menangani Markis Kido/Hendra Setiawan yang merebut emas Asian Games 2010 itu.
Sementara Yayuk Basuki merasa prihatin dengan tidak munculnya atlet muda terutama di cabang tenis. "Saya memang tidak bisa menolak diberi tugas. Kembali tampil. Ini tugas negara," kata Yayuk berusia lebih 40 tahn itu.
Ia juga menyesalkan sikap pengurus dan pejabat yang ingin cepat merebut prestasi dalam jangka pendek. "Di olah raga itu perlu upaya jangka panjang untuk merebut prestasi," tegasnya.
Hal lain dilihat Frizt E Simandjuntak adalah Indonesia hanya senang proses dan tidak ada target atau sasaran.
Dibandingkan Australia, olimpade mulai 1981 dan merebut 14 emas di Beijing, Inggris Olimpiade mulai 1975 (16 emas di Beijing), China mulai 1979 (41 emas di Bejing).
Ia melihat juga Indonesia tidak ada pusat latihan nasional yang modern.
Sementara Deputi Menpora Joko Pekik mengatakan, pihaknya akan bertemu DPR untuk rapat berkaitan hasil Asian Games ini. Indonesia merebut empat emas, sembilan perak dan 13 perunggu dengan biaya APBN sekitar Rp200 miliar.
(T009/B010)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010