Menyerahkan hidupnya pada nasib saja tanpa ada upaya untuk melindungi diriJakarta (ANTARA) - Kementerian Agama menyatakan dalam upaya mengatasi pandemi COVID-19 diperlukan kombinasi sains atau ilmu pengetahuan dan agama, terlebih di Indonesia muncul pro-kontra di tengah-tengah masyarakat dalam menyikapi virus berbahaya tersebut.
"Kita sedang dihadapkan pada sebuah tantangan teologis intelektual, bagaimana agamawan dan scientist perlu berkolaborasi memberikan jawaban yang meyakinkan dalam melihat fenomena COVID-19 berdasarkan pemikiran yang reflektif kritis berdasarkan keilmuan masing-masing," ujar Sekretaris Jenderal Kemenag Nizar Ali dalam Dialog Virtual Lintas Agama yang dipantau dari Jakarta, Selasa.
Ia mencontohkan saat ini masih muncul polarisasi masyarakat dalam menyikapi COVID-19. Sebagian masyarakat menanggapi COVID-19 secara fatalis, artinya mereka hanya menyerahkan hidupnya pada nasib saja tanpa ada upaya untuk melindungi diri.
"Sebagian lainnya menyikapi berdasarkan ilmu pengetahuan dan menyerahkan sepenuhnya pada tenaga kesehatan tanpa diimbangi dengan keyakinan pada agama," katanya.
Di satu sisi ada ketidakpatuhan bagian masyarakat menerapkan prokes dengan dalih agama dan ada yang ekstrem meyakini bahwa persoalan COVID-19 murni urusan kedokteran atau sains saja, kata dia.
Baca juga: Menag: Perketat prokes dan tingkatkan semangat berbagi hadapi pandemi
Baca juga: Tokoh agama imbau umat taati prokes dan patuhi kebijakan pemerintah
Sebagai umat beragama, kata dia, interpretasi ajaran keagamaan perlu mengombinasikan antara sikap teologi dan rasional. Iman harus menguatkan aspek spiritual sedangkan sains membantu penyelesaian praktis.
"Di sini, sains dipahami sebagai ikhtiar manusia sebagai kehendak Ilahi. Atas dasar itu, kami mengapresiasi sejumlah organisasi keagamaan yang telah merespon fenomena COVID-19 dengan menerbitkan fatwa dan surat edaran yang tentu sangat relevan dalam konteks pencegahan penyebaran COVID-19," ujarnya.
Di samping itu, ia mengajak agar antarumat beragama saling menguatkan dan bersolidaritas, sebab tak sedikit masyarakat terdampak pandemi COVID-19 baik di sisi kesehatan maupun ekonomi. Seluruh elemen masyarakat harus berpegangan tangan dalam mengakhiri krisis yang telah berlangsung satu tahun lebih ini.
"Selain pentingnya literasi agama dan sains yang tepat ada beberapa hal penting lainnya yang diperlukan dalam menghadapi pandemi ini yaitu peningkatan solidaritas dan sosial," katanya.
Baca juga: Uskup Kupang ajak umat hargai lingkungan hidup dengan patuhi prokes
Baca juga: Luhut minta upacara agama di Bali diredam atau perketat prokesnya
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021