Insyallah, walau kondisi semester II ini menantang, kita bisa jaga NPF yang baik ke depanJakarta (ANTARA) - PT Bank BTPN Syariah Tbk meyakini kinerja perseroan sepanjang 2021 akan membaik dibandingkan 2020, meski pada semester II, kondisinya relatif lebih menantang seiring meluasnya varian delta COVID-19, yang membuat pemerintah kembali menerapkan pembatasan mobilitas secara ketat.
"Berkat kebijakan pemerintah yang sangat baik, tentu kami sangat berharap di semester II akan cukup baik, walau akan sedikit menantang dibanding semester I. Tapi full year 2021, kami yakin akan mencapai angka yang membanggakan dibanding 2020 lalu," kata Direktur BTPN Syariah Fachmy Ahmad dalam Public Expose Live 2021 di Jakarta, Selasa.
Menurut Fachmy, dalam menghadapi gelombang kedua pandemi di Tanah Air, pemerintah telah menerapkan protokol yang sangat baik dan seimbang antara sosial dan ekonomi, sehingga dampak terhadap segmen ultra mikro tidak separah seperti pada tahun lalu.
"Akibat dari kondisi atau kebijakan yang diterapkan pada periode ini dan inisiatif untuk mendorong vaksinasi dan peningkatan pelayanan publik, tentu sangat berdampak baik terhadap segmen ultra mikro. Kondisi dari second wave ini tidak seburuk tahun lalu sehingga dampak terhadap restrukturisasi, NPF, dan dampak ke kinerja tentu bisa lebih terjaga dibandingkan tahun lalu," ujar Fachmy.
Untuk menjaga rasio pembiayaan bermasalah atau Non Performing Finance (NPF), lanjut Fachmy, perseroan pun melakukan sejumlah upaya. Selain memberikan keringanan berupa resrukturisasi pembiayaan, perseroan juga memiliki beberapa program pemberdayaan serta mengenalkan protokol kesehatan yang baik kepada karyawan dan juga nasabah.
"Insyallah, NPF walau kondisi semester II ini menantang, kita bisa jaga NPF yang baik ke depan," kata Fachmy.
BTPN Syariah meraup laba bersih pada kuartal II 2021 sebesar Rp770 miliar, naik 89,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp406 miliar. Laba perseroan ditopang oleh pembiayaan yang tumbuh 15 persen menjadi Rp10,05 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp8,74 triliun.
Meski demikian, emiten berkode saham BTPS tersebut tetap mengedepankan kualitas pembiayaan yang sehat dengan menjaga rasio NPF di posisi 2,4 persen.
Adapun sampai akhir Juni 2021, perseroan memiliki rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang kuat di posisi 52 persen, jauh di atas rata-rata industri. Total aset juga tumbuh 14 persen (yoy) menjadi Rp17,41 triliun dari Rp15,27 triliun. Sedangkan Dana pihak ketiga tumbuh 12 persen (yoy) menjadi Rp10,61 triliun dari Rp9,46 triliun.
Terkait investasi, Fachmy menambahkan fokus perseroan adalah untuk melakukan digitalisasi baik untuk karyawan di lapangan maupun yang di kantor pusat guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam melayani nasabah.
"Satu atau dua apilkasi yang telah kami launching, dan nanti beberapa bulan atau sampai dengan akhir tahun ini, ada beberapa inisiatif yang akan kami lakukan. Jadi fokus investasi di 2021 sebagian besar adalah untuk digitalisasi," kata Fachmy.
Baca juga: BTPN Syariah tak khawatir dengan kehadiran Holding BUMN Ultra Mikro
Baca juga: Bank BTPN catat pertumbuhan laba bersih 47 persen di Semester I 2021
Baca juga: BTPN Syariah raup laba bersih kuartal II-2021 Rp770 miliar
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021