Jambi (ANTARA News) - Kepala Bappeda Provinsi Jambi, Ahmad Fauzie Ansori mengakui, daerah itu kini masih defisit beras hingga 58.215 Ton akibat tidak seimbangnya produksi dengan kebutuhan sehari-hari.

"Hasil ini didapat dari rapat antara Bappeda, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi, BWS (Balai Wilayah Sungai) dan Dinas Pertanian Provinsi Jambi, Sabtu (11/12) lalu," kata Fauzie, di Jambi, Senin.

Ia mengatakan, ada pemahaman yang harus diluruskan terkait surplus beras di Jambi. Apalagi selama ini, data resmi yang dipergunakan pemerintah berasal dari Badan Pusat Statistik.

Disisi ain sumber data BPS berasal dari mantri statistik di lapangan yang disandingkan dengan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan.

"Ternyata, ekspose surplus atau tidaknya bukan kewenangan Distan, tapi kewenangan Bakorluh (Badan Kordinasi Penyuluh). Selama ini tersembunyikan," beber Fauzie.

Perhitungan bersama yang dilakukan Bappeda, Siang Sabtu itu menyimpulkan, Jambi mengalami defisit beras.

Menurut versi BPS, Jambi mengalami kelebihan produksi 47.896 ton beras. Tetapi, BPS tidak pernah mengekspose pernyataan surplus atau tidak. BPS hanya melakukan pencatatan produksi, luas tanam, luas panen dan produktivitas.

Hasil Susenas, kebutuhan akan beras pertahun sebesar 105,5 Kg per kapita per tahun. Dikali jumlah penduduk Jambi dan produksi beras, diperoleh kelebihan produksi sebesar 47.896 ton.

Namun dalam pertemuan itu, pihak BPS menyatakan jumlah ini tidak bisa dikatakan surplus. Sebab, 50 persen kelebihan ini ada di stok rumah tangga bulan Januari.

Versi kedua, yang dikeluarkan Balai Wilayah Sungai yang melakukan pencatatan menggunakan metode "pengubinan". Pihak BWS, melakukan pendataan awal di tiap kecamatan dan desa.

Lalu menghitung luas lahan berdasarkan petakan ubin tiap sawah. Penghitungan yang dilakukan, produksi beras Jambi hanya 266.180 ton.

Jika jumlah penduduk Jambi sebesar 3,08 juta jiwa dikali konsumsi sebesar 105,5 kilogram per jiwa per tahun, maka diperoleh kebutuhan beras di Jambi mencapai 324 ribu ton.

"Sehingga diperoleh kesimpulan, Jambi mengalami defisit 58.215 kilogram beras," jelasnya.

Polemik ini, ternyata menimbulkan peluang Bappeda melakukan penertiban data base untuk sumber utama kajian pembangunan Jambi, tahun 2011. "Saya mohon bantuan, untuk bersama-sama membangun Jambi," ungkap Fauzie. (YJ/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010