Batam (ANTARA) - Pemerintah diharapkan melakukan pembangunan di Pulau Sekatung yang berada di Kabupaten Natuna Kepulauan Riau yang merupakan Pulau Terluar NKRI demi mempertahankan kedaulatan negara.

Pulau Sekatung merupakan pulau terluar yang perairannya beririsan dengan "nine dash line" wilayah yang menjadi sengketa beberapa negara. Selama ini TNI AD menempatkan personelnya di pulau tersebut untuk menjaga kedaulatan negara.

"Wilayah tersebut beririsan dengan line dash line yang diklaim china. Kami harap tidak hanya dijaga kami, tapi ada pembangunan riil, sehingga pulau tersebut tidak disemena-menakan oleh Pemerintah China," kata Danrem 033/ Wira Pratama Brigjen TNI Jimmy Ramoz Manalu dalam rapat Pansus RUU Landas Kontinen di Batam, Senin.

Selain Pulau Sekar, TNI AD terlibat dalam penjagaan dua pulau terluar NKRI di wilayah Kepri. Pulau Sekatung dan Pulau Nipa yang terletak di wilayah Kota Batam.

Baca juga: Natuna minta negara bangun armada induk di Pulau Laut
Baca juga: Nelayan pulau terluar NKRI keluhkan kuota BBM bersubsidi
Baca juga: Puluhan pulau terluar NKRI belum bersertifikat BPN

Ia mengatakan, Pulau Sekatung berada relatif jauh dari Natuna. Pihaknya menempatan 20 orang personel di pulau itu, yang berjaga bergantian setiap enam bulan.

"Perjalanan dari Ranai (ibukota Natuna) ke Sekatung memakan waktu enam jam," kata dia.

Sedangkan Pulau Nipa di Kota Batam dikembangkan sebagai lokasi lego jangkar.

Di tempat yang sama, Wakil Bupati Natuna Rodial Huda juga berharap pemerintah melakukan pembangunan di pulau-pulau terluar yang berada di wilayahnya.

Ia meminta pemerintah pusat membangun pusat militer di Pulau Laut, layaknya Okonawa dan Hawaii.

"Kalau Pulau Laut dibangun pusat militer seperti Okinawa atau Hawaii, maka tujuh pulau terluar ter-'cover' pengawasannya. Memudahkan pengawasan di sana, dari sisi perikanan, sisi militer, sisi apa saja," kata dia.

Rodial percaya, apabila armada niaga, perikanan dan militer berada di Laut Natuna Utara, maka perairan akan penuh. Maka pelaku ilegal fishing akan menghindar dengan sendirinya.

Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2021