Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Komite Paralimpiade (NPC) Indonesia Senny Marbun mendorong pemerintah daerah (pemda) untuk memperhatikan pembinaan atlet disabilitas sebagai upaya regenerasi sehingga prestasi Indonesia di ajang Paralimpiade setidaknya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan.

Menurut Senny, saat ini masih ada beberapa daerah yang masih memandang sebelah mata atlet disabilitas dan tidak memperhatikan keberadaan NPC di daerahnya. Dari 34 provinsi di Indonesia, ada sekitar 20 provinsi yang belum melakukan pembinaan terhadap atlet disabilitas.

“Sebetulnya (pembinaan atlet pelatnas dan daerah) tidak sama, sebab gubernur-gubernur daerah banyak yang belum mau sounding ke NPC daerah,” ungkap Senny saat dihubungi Antara dari Jakarta, Senin.

“Masih banyak yang memarginalkan kami. Kami berdoa supaya gubernur-gubernur yang tidak mau tahu dengan kami dibuka hatinya oleh Tuhan,” tambahnya.

Baca juga: Ridwan Kamil sapa atlet Paralimpiade lewat konferensi video

Regenasi atlet disabilitas penting dilakukan, apalagi sejumlah atlet yang berlaga di Paralimpiade Tokyo mayoritas sudah berusia lebih dari 30 tahun.

Pada Paralimpiade Paris yang akan berlangsung tiga tahun lagi, peraih emas para-bulu tangkis Leani Ratri Oktila sudah memasuki usia 33 tahun, Hary Susanto 49 tahun, peraih perak angkat berat Ni Nengah Widiasih 31 tahun, sedangkan peraih perunggu para-tenis meja David Jacobs 47 tahun.

Senny pun menjelaskan pemerintah pusat sebetulnya sudah memberikan perhatian yang setara terhadap atlet disabilitas maupun non-disabilitas sejak terbitnya UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas. Sayangnya, perlakuan setara itu belum dilakukan oleh pemerintah daerah.

“Sebetulnya sebelum ada UU Nomor 8 Tahun 2016 itu sudah ada UU Sistem Keolahragaan Nasional (SKN) Nomor 3 Tahun 2005 yang sudah mencakup semuanya. Tapi sebagian gubernur tidak tahu redaksi UU tersebut, kan kebangetan,” pungkas dia.

Kontingen Indonesia sukses melampaui target awal, yakni satu emas, satu perak, tiga perunggu serta finis di urutan ke-60 dalam partisipasinya di Paralimpiade Tokyo 2020.

Baca juga: Kontingen Indonesia melampaui target awal di Paralimpiade Tokyo

Skuad Merah Putih justru membawa pulang sembilan medali, dengan rincian dua emas, tiga perak dan empat perunggu, dan berakhir di peringkat ke-43 klasemen perolehan medali Paralimpiade Tokyo 2020. Capaian ini meningkat dibanding di Rio 2016 ketika Indonesia hanya mampu meraih satu perunggu dan finis di peringkat ke-76.

Leani Ratri Oktila menjadi orang yang bertanggung jawab atas dua emas tersebut seusai mempersembahkan dua emas pada nomor ganda putri SL3-SU5 bersama Khalimatus Sadiyah dan ganda campuran SL3-SU5 bersama Hary Susanto. Selain itu, dia juga menyumbangkan satu perak di nomor tunggal putri SL4.

Dua perak lainnya disumbangkan oleh Ni Nengah Widiasih (angkat berat) dan Dheva Anrimusthi (tunggal putra SU4).

Medali perunggu diraih oleh Saptoyogo Purnomo (lari 100m T37), David Jacobs (tenis meja), Suryo Nugroho (para-badminton tunggal putra SU5) dan Fredy Setiawan (tunggal putra SL4).

Baca juga: Hary/Leani sabet emas kedua bagi Indonesia di Paralimpiade Tokyo
Baca juga: Leani/Khalimatus raih emas Paralimpiade Tokyo perdana bagi Indonesia

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2021