Kita harus pagari anak-anak muda, warga kita dengan benteng ideologi
Jakarta (ANTARA) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo khawatir kemenangan Taliban menggulingkan pemerintahan yang sah di Afghanistan dapat menginspirasi gerakan dan kelompok radikal di Indonesia untuk melakukan kegiatan yang sama di dalam negeri.
Oleh karena itu, ia mengingatkan seluruh pihak agar waspada dan hati-hati serta meminta masyarakat memperkuat pemahaman terhadap ideologi kebangsaan Pancasila.
“Ada semacam kekhawatiran kemenangan Taliban itu dapat jadi role model bagi kelompok radikal di Indonesia. Kekhawatiran ini dipicu fakta-fakta beberapa mantan teroris di Indonesia pernah mendapat pelatihan dan ikut berjuang di Afghanistan,” kata Bambang Soesatyo saat menjadi pembicara pada sesi seminar virtual yang diikuti, di Jakarta, Senin.
Terkait itu, ia menegaskan seluruh warga Indonesia termasuk di antaranya anak-anak muda perlu meningkatkan pemahamannya terhadap Pancasila dan mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam aktivitas sehari-hari.
“Alat pertahanan terbaik bukan semata-mata mengandalkan tindakan represif, tetapi juga bermuatan benteng ideologi. Kita harus pagari anak-anak muda, warga kita dengan benteng ideologi,” ujar Bambang Soesatyo atau yang populer dengan nama Bamsoet.
Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan kemajuan teknologi informasi menyebabkan paham-paham radikal kian mudah menyusup ke pikiran masyarakat. Pasalnya, berbagai informasi mengenai paham-paham itu dapat dengan mudah diakses lewat gawai.
“Jarak dan waktu bukan lagi hambatan dan kendala (bagi kelompok radikal menyebarkan paham-paham ekstrem, Red.),” kata Bamsoet.
Oleh karena itu, ia menyebut seluruh rakyat Indonesia perlu mendapatkan suntikan vaksin ideologi di samping vaksinasi COVID-19. Vaksinasi ideologi merupakan metafora untuk langkah-langkah yang dapat memperkuat kesetiaan dan pemahaman masyarakat terhadap Pancasila.
Vaksinasi ideologi, menurut Bamsoet, jadi salah satu cara menekan penyebaran paham radikal di Tanah Air. Paham radikal wajib diwaspadai oleh seluruh pihak, karena menurut dia, pemikiran-pemikiran yang ekstrem merupakan salah satu akar tumbuhnya terorisme di dalam negeri.
“Radikalisme merupakan embrio terorisme. Radikalisme merupakan sikap-sikap yang frontal, bahkan revolusioner yang menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat kekerasan dan aksi-aksi yang ekstrem,” ujar Bamsoet.
Terkait itu, ia menyampaikan pandemi COVID-19 berpotensi membantu tumbuh-kembangnya paham radikalisme di Tanah Air. Pasalnya, pandemi menyebabkan tingkat kemiskinan dan pengangguran naik, sementara dua itu kerap jadi alasan bagi beberapa pihak untuk menerima paham radikal sebagai sebuah pelarian dan solusi instan atas masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari.
“Tantangan menghadapi radikalisme di Indonesia tidak mudah, karena tekanan dan beban kehidupan yang dirasakan semakin sulit dan berat, terutama saat pandemi ini sangat berpotensi mendorong tumbuh suburnya paham radikal sebagai solusi instan dan pelarian dari berbagai persoalan,” ujar Bamsoet mengingatkan lagi.
Baca juga: Pengamat sebut kemenangan Taliban tak picu aksi teror di Indonesia
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021