Kairo (ANTARA News) - Membludaknya warga Mesir untuk mengikuti kursus bahasa Indonesia yang difasilitasi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo, membuat penyelenggara kewalahan sehingga terpaksa menambah fasilitas dan kapasitas belajar mengajar.
"Semula kami perkirakan peminat yang bakal mendaftar untuk kursus bahasa Indonesia berkisar 60-70 orang sesuai kapasitas yang tersedia, tapi begitu dibuka pendaftaran, ternyata banyak sekali orang Mesir yang berminat, mencapai 283 orang," kata Atase Pendidikan KBRI Kairo, Prof Dr Sangidu kepada ANTARA Kairo, Ahad.
Dari jumlah tersebut kemudian disaring lewat wawancara untuk melihat keseriusan mereka mempelajari bahasa Indonesia, akhirnya ditetapkan 120 orang mengikuti kursus.
KBRI Kairo memang telah lama mengadakan kursus bahasa Indonesia secara gratis kepada warga Mesir di Pusat Kebudayaan Indonesia (PUSKIN), gedung yang juga ditempati Sekolah Indonesia Kairo dan Masjid Indonesia.
Sebelumnya jumlah pemerhati bahasa Indonesia untuk kursus di PUSKIN yang terletak di distrik Dokki, seberang Sungai Nil dari pusat Kairo, itu berkisar belasan orang saja setiap angkatan.
"Saat awal saya bertugas di KBRI Kairo pada 2009, jumlah peserta kursus bahasa Indonesia di PUSKIN hanya 11 orang. Saya melihat jumlah itu terlalu sedikit dan perlu ditambah," ujar mantan Wakil Rektor Bidang Kerja Sama Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu.
Prof Sangidu kemudian berinisiatif untuk membuat iklan kursus gratis bahasa Indonesia di tiga suratkabar besar di ibu kota Kairo termasuk koran berpengaruh, Al-Ahram. Ternyata hasilnya luar biasa.
Menurut Kepala Fungksi Penerangan, Sosial dan Kebudayaan KBRI Kairo, Iwan Wijaya Mulyatno, masa kursus bahasa Indonesia di Puskin itu berlangsung selama tiga bulan setiap angkatan.
"Kursusnya berjenjang, mulai dari kelas pemula hingga kelas lima," ujarnya dan menambahkan.
Rencananya setelah kelas lima, peserta akan diberikan pelajaran spesifik dengan dititikberatkan pada kata-kata yang biasa di gunakan di bidang pariwisata dan ekonomi, kata Iwan.
Sebelumnya, kelas kursus di Puskin itu tidak ditangani secara khusus, namun sekarang sudah ada pengurus tetapnya, ujar Iwan, dan menambahkan, saat terdapat 10 kelas, dan masing-masing kelas ada 10-12 siswa.
Peserta kursus dari beragam profesi seperti kalangan praktisi wisaya, pelaku ekonomi, dan sebagian besar mahasiswa-mahasiswi.
Akibat membludaknya peminat tersebut, maka mendorong KBRI melebarkan sayap, yaitu menjalin kerja sama dengan Universitas Negeri Terusan Suez di kota Ismailiyah, 140 km arah timur-laut Kairo untuk membuka kelas bahasa Indonesia.
Kelas kursus bahasa Indonesia telah diresmikan pada 9 November lalu dengan jumlah siswa angkatan pertama 80 orang, kata Prof Sangidu.
Dekan Fakultas Sastra dan Ilmu Antropologi Universitas Terusan Suez, Prof. Dr. Hasan Abdul Alim Yusuf, yang membawahi kurus tersebut menyambut hangat pengadaan kusus itu.
"Indonesia di mata Mesir sangat penting, selaian sebagai negara sahabat baik Mesir, juga merupakan negara berpenduduk Islam terbesar di dunia," kata Prof Yusuf seperti dikutip Prof Sangidu.
Pembukaan kusus ini merupakan embrio untuk membuka Program Studi Bahasa dan Kebudayaan Indonesia di Universitas Terusan Suez, ujar Sangidu.
"Semula program ini sedianya akan dibuka di Universitas Ain Shams, Kairo, namun batal karena rektornya keburu diangkat menjadi menteri pendidikan," kata Sangidu.
Kota Ismailiya, tempat Universitas Terusan Suez berada, merupakan Kota Kembar dengan Yogyakarta.
"Semasa bertugas di UGM, saya memang telah menjalin hubungan dengan Universitas Terusan Suez terkait Kota Kembar Yogyakarta-Ismailiyah," papar Sangidu yang mulai bertugas sebagai Atase Pendidikan pada 2009 itu. (*)
(T.M043/Z002/R009)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010