"Ini adalah hasil yang sangat besar," kata Kan kepada media Jepang Sabtu malam setelah dua pekan pembicaraan berakhir di Cancun dengan menyetujui pembentukan dana baru untuk mengelola miliaran dolar bantuan kepada negara-negara miskin.
"Kami melihat ini sebagai langkah maju yang sangat besar dalam tugas kita terbesar membawa Amerika Serikat dan China ke dalam kerangka internasional, "kata Kan.
Jepang yang telah bersikap tegas terhadap usulan perpanjangan Protokol Kyoto, menyebutnya hal itu tidak adil karena tidak termasuk 70 persen dari emisi dunia, karena polusi terbesar dengan China dan Amerika Serikat tidak ada.
China, penghasil emisi terbesar di dunia, tidak memiliki kewajiban berdasarkan Protokol Kyoto karena dianggap sebagai negara berkembang. Amerika Serikat, sendirian di antara negara-negara kaya, dan menolak perjanjian tersebut.
Perjanjian 1997, yang mengharuskan negara-negara kaya di dunia untuk mengekang emisi karbon, akan berakhir pada tahun 2012.
Perjanjian Cancun mengimbau negara-negara untuk bekerja pada pengaturan putaran baru Protokol Kyoto tetapi tidak mewajibkan negara-negara untuk menjadi bagian dari itu.
Kompromi menunda pertemuan sampai tahun depan untuk menentukan keputusan tentang pengganti perjanjian itu.
Industri Jepang khawatir bahwa perjanjian Kyoto hanya akan diperpanjang, mempertahankan apa yang mereka anggap sebagai "tidak adil" pengurangan gas rumah kaca hanya dibebankan kepada nereka, kata harian bisnis Nikkei.
Hiromasa Yonekura, ketua Federasi Bisnis Jepang, hati-hati menyambut baik kesepakatan Cancun itu.
"Kami menyambut perkembangan ini karena ini menetapkan suatu kasus di mana AS dan China harus dimasukkan dalam diskusi tentang kerangka penerus protokol itu,"katanya kepada Nikkei.
(H-AK/H-RN/A038)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010