"Upacara adat yang menjadi kegiatan rutin masyarakat sejak beberapa puluh tahun ini dilaksanakan setiap bulan `Sura` (kalender Jawa) pada tanggal 7 atau tepatnya saat tengah malam tanggal 8 `Sura`, yang tahun ini jatuh pada Senin 13 Desember 2010," kata Ketua Panitia Upacara Adat "Mbah Demang" Rahmat Fitri, Sabtu.
Menurut dia, pelaksasnaan upacara adat Suran Mbah Demang kali ini sekaligus untuk merayakan hari jadi ke-54 Desa Banyuraden.
"Rangkaian upacara adat meliputi pasar malam, kirab budaya, kenduri wilujengan dan pertunjukan wayang," katanya.
Pasar malam akan berlangsung hingga 18 Desember di kawasan pasar Telagareja, sedangkan kirab budaya akan dilangsungkan pada Senin 13 Desember 2010 pukul 19.00 WIB dengan start di Balai Desa Banyuraden menuju "Tabon Mbah Demang" dan kembali lagi ke Balai Desa Banyuraden.
"Kirab budaya tersebut didukung delapan kontingen dari delapan dusun se Desa Banyuraden Gamping yang dikemas oleh Sanggar Widya Permana," katanya.
Ia mengatakan, kedelapan kontingen tersebut adalah kontingen "thek band" dari Dusun Geplakan, "pekbung" dari Dukuhan, kesenian tradisional jathilan dari tiga dusun yaitu Somodaran, Turusan dan Sukunan.
"Selain itu juga Bregada (pasukan tradisional) Prajurit Bremarageni dari Dowangan, Tarian Topeng dari Kradenan dan prajurit kasepuhan dari Cokrowijayan," katanya.
Fitri mengatakan, dalam prosesi kirab di "Tabon Mbah Demang" atau lokasi sumur bersejarah dilakukan "lung tinampen" atau serah terima pusaka, kendi ijo dan dua gunungan wuluwetu (hasil bumi) dari Ki Murdo Puspito selaku pimpinan kirab kepada Trah Mbah Demang yang diwakili Abdul Kadir untuk selanjutnya dibagikan untuk para pengunjung.
"Usai kirab dilaksanakan `kenduri wilujengan` dilanjutkan dengan pertunjukan wayang semalam suntuk, sementara itu di rumah `Tabon Mbah Demang` disajikan kesenian tradisional Sholawatan dilanjutkan mandi ritual jamas atau srokal yang diikuti keluarga Trah Mbah Demang mulai pukul 00.00 WIB tengah malam," katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Untoro Budiharjo mengatakan bahwa upacara adat "Suran Mbah Demang" merupakan agenda tetap yang masuk dalam "calendar event" kepariwisataan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan budayanya telah mengakar di kalangan masyarakat Banyuraden.
"Kami bersyukur meskipun di tengah keprihatinan terhadap bencana alam erupsi Gunung Merapi agenda-agenda budaya dan pariwisata masih tetap berlangsung meskipun dengan kemasan yang lebih sederhana.
Meskipun demikian diharapkan agenda-agenda tersebut akan terus memberikan semangat dan motivasi untuk menggairahkan kepariwisataan di DIY dan Sleman pada khususnya," katanya.
Ia mengatakan, hal ini akan menunjukkan kepada wisatawan dan masyarakat luar daerah bahwa DIY memang tidak akan dapat lepas dari kepariwisataan yang bernafaskan budaya lokal yang unik dan memesona.
"Kepariwisataan bernafaskan lokal ini tetap layak untuk dijadikan objek kunjungan yang aman dan nyaman bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara," katanya. (V001/K004)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010