Medan (ANTARA News) - Pemerintah akan memberlakukan sistem ISPO atau Indonesian Sustainable Palm Oil untuk meringankan biaya penjualan minyak sawit mentah (CPO) sehingga memperkuat daya saing di tingkat internasional.
Menteri Pertanian Suswono usai peringatan Hari Perkebunan ke-53 di Medan, Jumat, mengatakan pemerintah sedang menggodok konsep dalam sistem ISPO tersebut.
Pihaknya merencanakan untuk memapankan sistem tersebut dengan membuat standarisasi dan akreditasinya hingga akhir 2010.
Salah satu poin yang ditekankan dalam sistem itu adalah penjagaan kualitas lingkungan hidup dalam produksi kelapa sawit yang menjadi alasan rendahnya harga CPO Indonesia.
Konsep dalam system ISPO itu nantinya akan menjadi acuan baku bagi seluruh perusahan sawit di Indonesia dalam meningkatkan produksi perkebunannya.
Dengan pemberlakuan sistem ISPOtersebut, diharapkan negara internasional yang menjadi pembeli CPO dapat memahami posisi Indonesia.
"Mudah-mudahan, 2011 sudah ada akreditasinya," kata Mentan.
Selama ini, kata dia, sistem `Roundtable on Sustainable Palm Oil` (RSPO) yang menuntut sertifikasi lingkungan menyebabkan Indonesia sebagai produsen CPO harus mengeluarkan biaya tinggi (high cost).
Tentu saja, hal itu menyebabkan Indonesia tidak mampu bersaing dengan produsen CPO lain seperti Malaysia karena akan memberatkan konsumen.
Hal itu disebabkan setiap ada biaya baru sebagaimana yang diterapkan dalam RSPO tersebut, Indonesia selaku produsen terpaksa harus membebankannya kepada konsumen
"Jadi, itu membuat kita tidak bisa bersaing," kata Mentan.
Dengan sistem ISPO tersebut, Indonesia akan memberlakukan sendiri harga jual CPO, tidak lagi ditentukan Rotterdam, Belanda sebagaimana yang ditetapkan dalam RSPO.
"Selanjutnya harus kita yang menentukan, Karena kita mempunyai peraturan sendiri berupa pembangunan sawit yang menjaga lingkungan," kata Mentan. (I023/K004)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010