Jambi (ANTARA News) - Tiga mahasiswa yang tergabung dalam serikat aksi pemuda untuk demokrasi, Jumat, nyaris telanjang dalam aksi teaterikal menolak tindakan kekerasan yang dilakukan aparat kepolisian ketika mengamankan demonstrasi mahasiswa.

Mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Aksi pemuda untuk demokrasi (Serapud) ini beraksi di depan kampus STMIK Nurdin Hamzah Jambi.

Mereka menolak tindakan represif aparat terhadap aksi mahasiswa di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya di Makassar yang menewaskan satu orang mahasiswa.

Aksi ini terbilang unik dibandingkan aksi-aksi sebelumnya. Tiga mahasiswa hanya mengenakan celana dalam, dan tubuhnya dilumuri cat berwarna putih.

Di tubuh mereka masing-masing terdapat goresan berwarna merah yang bertuliskan kalimat protes terhadap pemerintah dan pelanggaran HAM. Mereka juga membawa karton yang berisi tulisan-tulisan protes terhadap pemerintah.

Di sela ketiga mahasiswa melakukan aksi teaterikal, mahasiswa lainnya beroarasi menyampaikan aspirasinya.

Hilal, Divisi Humas Serapud dalam orasinya mengutuk keras tindakan oknum kepolisian yang melakukan penembakan terhadap mahasiswa Makassar dalam aksi memperingati Hari Anti Korupsi internasiinal, Kamis (9/12).

Hilal menyesalkan tindakan aparat yang merespon demonstrasi mahasiswa dengan tindakan brutal dan arogan dalam membubarkan aksi dengan cara menembakkan gas air mata.

"Semua warga berhak mengemukakan pendapat di muka umum. Suara kita tidak lagi dibungkam seperti pada zaman Orde Baru," kata Hilal, Mahasiswa STMIK semester V ini.

Ia mengingatkan masyarakat Jambi banyak kasus-kasu korupsi yang belum diselesaikan, salah satunya kasus Bank Century. Mereka mendesak agar ketua KPK memprioritaskan kasus dugaan korupsi Century sebesar Rp6,7 triliun dan menangkap para pelakunya.

Mahasiswa juga minta agar pihak berwenang menangkap dan mengadili aparat polisi yang menembak, memukul dan menangkap mahasiswa pada aksi Hari Anti Korupsi.

Aksi yang dilakukan oleh mahasiswa dari STMIK Nurdin Hamzah, UNBARI dan IAIN Sultan Thaha Syaifudin ini sempat membuat Jalan Kolonel Abunjani macet, karena di awal aksi, belum ada petugas kepolisian yang menjaga dan juga mengatur lalulintas, sehingga membuat kemacetan panjang.

Selang beberapa menit, beberapa petugas kepolisian berdatangan untuk mengawal aksi dan mengatur lalulintas. Aksi berjalan damai, dan mahasiswa hanya melakukan teaterikan dan orasi.

Namun di penghujung aksi perang mulut antara petugas kepolisian dan mahasiswa tak terhindarkan.

Perang mulut terjadi lantaran mahasiswa belum mau menghentikan aksi sesuai dengan keinginan petugas. Pihak kepolisian beralasan, aksi harus dihentikan lantaran waktu akan memasuki shalat Jumat.

Namun mahasiswa tak mau menghentikan dan terjadilah cekcok mulut disertai aksi saling dorong antara mahasiswa dan polisi.

Cekcok mulut semakin memenas ketika salah seorang mahasiswa berencana akan membakar poster Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Boediono.

Polisi yang berusaha mengambil poster tersebut ditahan oleh para mahasiswa, dan aksi saling tunjuk disertai perang mulut terus berlanjut. Aksi bisa reda ketika para petugas kepolisian meninggalkan kampus STMIK Nurdin Hamzah. (YJ/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010