Dua kelompok di Seoul mengatakan mereka menerima satu pesan faksimil yang menuduh Korea Selatan (Korsel) memprovokasi serangan 23 November itu dan menyerukan ketenangan di Laut Kuning.
Pesan itu disampaikan ke Federasi Kristen Chosun (Korea) dan Komite Deklarasi Bersama untuk Reunifikasi Korea 6.15-- mengacu pada KTT antar Korea 15 Juni 2000.
Pesan itu menyalahkan penembakan itu karena pelatihan militer Korsel "yang provokatif" dan tidak menghormati deklarasi-deklarasi KTT.
"Pesan faksimil itu dikirim melalui China dan kami melaporkannya kepada kementerian unifikasi," kata seorang juru bicara Dewan Gereja Nasional Korsel.
Kementerian yang menangani masalah-masalah lintas perbatasan menolak memberi komentar.
Mitra Korsel dari Komite 6.15 itu mengatakan Korut mengirim faksimil-faksimil seperti itu setiap saat ada kejadian penting, seperti tenggelamnya sebuah kapal perang Korsel Maret lalu yang menewaskan 46 prajuritnya.
Korsel mengatakan Korut mentorpedo kapal itu, satu tuduhan yang dibantah Pyongyang.
Serangan artileri terhadap pulau Yeonpyeong itu menewaskan dua marinir dan dua warga sipil. Itu adalah pertama kali korban sipil di Korsel sejak Perang Korea 1950-1953.
Pada Kamis Korut mengatakan melalui kantor beritanya KCNA bahwa Korsel "penghasut perang " memprovokasi insiden tersebut dalam usaha memicu satu konflik lebih luas.
Korut mengulangi kembali pernyataan-pernyataan bahwa tindakan itu hanya untuk membalas pelatihaan militer Korsel yang telah menembaki "ribuan peluru" ke perairan Korut di sekitar perbatasan Laut Kuning yang disengketakan.
China, kendatipun mendapat tekanan kuat Amerika Serikat untuk mengekang sekutunya, tidak mengecam Korut menyangkut serangan tersebut. China mengutus pejabat paling senior kementerian luar negerinya Dai Bingguo ke Pyongyang pekan ini untuk bertemu dengan pemimpin Korut Kim Jong-Il.
Mereka mencapai konsensus mengenai masalah-masalah semenanjung Korea, kata laporan kantor berita China tanpa menjelaskan lebih jauh.
Wakil Menteri Luar Negeri AS James Steinberg akan mengunjungi Beijing pekan depan untuk mendesak China melakukan tindakan.
Surat kabar partai komunis yang memerintah Korut Rodong Sinmun memberitakan pertemuan para pemimpin militer itu menunjukkan bahwa Seoul dan Washington sedang mmpersiapkan satu invasi.
"AS harus menghentikan aksi-aksi jahat kerjasama militernya dengan Korsel yang berusaha melancarkan perang di semenanjung Korea, dan harus menarik seluruh pasukan dan peralatan militernya dari Korsel," tulis surat kabar itu.
Presiden Korsel Lee Myung-Bak dalam wawancara dengan satu surat kabar dalam kunjungannya ke Malaysia, kembali menyebut Korut adalah salah satu dari beberapa negara yang senang perang di dunia.
Tetapi Lee mengemukakan kepada surat kabar The Star kedua Korea harus hidup berdampingan secara damai dan, pada akhirnya akan mencapai reunifikasi.
Ia mendesak Korut melakukan usaha membuka ekonomi seperti China untuk mempersempit perbedaan ekonomi yang luas dengan Korsel.
(H-RN/B002/A038)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010