Koordinator Olah Data Pengungsi Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Margito, di Klaten, Kamis, mengatakan, jumlah pengungsi di daerah itu yang telah dpindah ke Maguwoharjo sekitar 250 jiwa.
Mereka, katanya, selama ini menempati penampungan antara lain 33 jiwa di Bondalem Lor, 171 jiwa Balai Desa Kokosan, dan 46 jiwa di Tlogo.
Ia menjelaskan, pemindahan terhadap mereka secara bertahap dengan menggunakan angkutan itu telah berlangsung selama tiga hari terakhir.
"Khusus untuk hari ini adalah para pengungsi di Balai Desa Kokosan, selanjutnya mereka ditampung di Stadion Maguwoharjo sambil menunggu pembangunan hunian sementara," katanya.
Ia menjelaskan, pemindahan terhadap mereka terkait dengan telah selesainya masa tanggap darurat.
Mereka, katanya, harus kembali ke daerah asalnya untuk selanjutnya akan menempati hunian sementara yang disiapkan oleh pemerintah daerah setempat.
Kepala Urusan Pemerintahan Desa Kokosan, Marjono, mengatakan, pemindahan terhadap 171 pengungsi sekitar pukul 14.00 WIB. Mereka antara lain berasal dari Desa Ngancar 40 kepala keluarga, Srodokan (2), Gungan (3), dan Glagaharjo (9).
Sebenarnya, katanya, mereka keberatan dipindah ke Maguwoharjo.
Tetapi, katanya, aturan mengharuskan mereka pindah ke daerah asalnya karena terkait dengan penyiapan hunian sementara yang akan ditempati hingga masa rehabilitasi.
"Sebenarnya mereka tak mau pindah, namun karena terbentur aturan, mereka dengan terpaksa harus pindah, meskipun sebenarnya kalau memang masih berada di sini juga tetap kami layani secara baik," katanya.
Dia menjelaskan, sebenarnya para pengungsi sudah merasa nyaman di penampungan Balai Desa Kokosan.
Selama warga mengungsi di tempat itu, katanya, mereka mendapatkan pelayanan secara baik.
"Layanan bantuan makanan di pos pengungsian di sini bersifat terbuka, bahkan bisa makan empat hingga lima kali dalam sehari semalam juga tidak masalah, selain itu para relawan juga melayani sepenuh hati," katanya.
Dia mengatakan, bantuan untuk mencukupi kebutuhan makan para pengungsi tidak hanya berasal dari Posko Induk Kecamatan Prambanan, tetaapi juga uluran dari pihak lain.
"Justru yang banyak bantuan dari para donatur, sedangkan yang dari pemerintah mungkin hanya cukup untuk seminggu," katanya.
Sejak Merapi meletus cukup besar pada 5 November 2010, jumlah pengungsi berasal dari Sleman yang menempati sejumlah penampungan di Prambanan lebih dari tiga ribu jiwa.
Mereka selanjutnya secara bertahap kembali ke daerah asalnya, bergabung dengan sanak keluarga, atau menyesuaikan dengan pengungsian di Sleman.
Sekitar seribu pengungsi yang bertahap di berbagai penampungan di Prambanan, Klaten, hingga akhir-akhir ini antara lain berasal dari Kecamatan Ngemplak, Cangkringan, Pakem, dan Turi, Kabupaten Sleman.
Mereka kehilangan rumah dan harta benda akibat letusan intensif Merapi belum lama ini.
Masa tanggap darurat yang telah selesai pada 8 Desember 2010 mengharuskan mereka yang selama ini menempati 18 penampungan di Prambanan itu harus kembali ke penampungan di daerah asalnya di Sleman.
Hingga saat ini, jumlah pengungsi Merapi yang masih menempati sejumlah penampungan di Prambanan dan menunggu lanjutan pemindahan penampungan sekitar 700 jiwa.(*)
(ANT-198/M029/R009)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010