Kuala Lumpur (ANTARA News) - Krisis ekonomi yang melanda dunia berdampak juga kepada PHK (pemutusan hubungan kerja) beberapa ekspatriat Migas Indonesia di Malaysia, sementara ekspatriat di sektor IT (industri telekomunikasi) dan dosen masih aman.
"Beberapa anggota kami memang sudah ada yang di PHK, tapi jumlahnya belum banyak. Tidak sampai 10 orang. Itupun karena perusahaannya berpusat di Amerika, Eropa dan Australia yang paling terasa krisis ekonominya," kata Hari Permadi ketua IATMI (Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia), di Kuala Lumpur, Jumat sore.
PHK di perusahaan yang berbasis di Amerika, Eropa dan Australia pada tahun ini diperkirakan akan semakin bertambah lagi. Berbagai tanda-tandanya sudah nampak, katanya.
Sementara itu, para ekspatriat Indonesia yang bergerak di sektor IT, elektronik dan dosen yang tergabung dalam organisasi MyCommit tampaknya masih aman. "Hingga saat ini belum ada dari anggota kami yang kedengaran di PHK terkait dengan krisis ekonomi," katanya.
Tapi untuk para buruh yang bekerja di sektor IT dan elektronik memang sudah banyak yang di PHK, misalkan Western Digital dan Texas Instruments Inc. "Jika levelnya manajer masih belum kedengaran tuh," tambah Taufik, yang bekerja di perusahaan consultant Vantage, di Malaysia.
"Begitu juga dengan warga Indonesia yang bekerja sebagai dosen atau guru besar di semua universiti di Malaysia belum kedengaran ada yang di PHK. Masih aman-aman saja," katanya.
Menurut catatan KBRI, ada sekitar 5.000 ekspatriat Indonesia bekerja di Malaysia. Bahkan dari 10 orang penentu kebijakan di Petronas, enam orangnya adalah ekspatriat Indonesia.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
Ada satu atu dua orang yang Jabatan, tanggung jawab sama dengan orang Asing, tapi kok gajinya orang kita lebih kecil ? apa sebabnya Pak ?
Sebagai orang Indonesia Saya sangat Prihatin. Sebagai Ketua IATMI apa Bapak bisa memperjuangkan nasib mereka ?