Surabaya (ANTARA News) - Menteri Kelautan Fadel Muhammad mengharamkan impor garam pada 2-3 tahun lagi, karena pihaknya akan meningkatkan produksi garam secara bertahap.

"Laut kita itu terluas kedua di dunia setelah Kanada, karena itu kalau kita mengimpor garam itu memalukan," katanya di Surabaya, Kamis.

Ia mengemukakan hal itu setelah menjadi pembicara utama dalam Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan (SENTA) 2010 di Grha ITS yang dimeriahkan pameran hasil produksi laut dari berbagai universitas, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta swasta.

"Tiga sentra garam di antaranya ada di Madura, Jatim, sedangkan sentra lainnya di Indramayu, Cirebon, dan NTT, tapi tahun depan akan ditingkatkan menjadi 40-an sentra garam," katanya.

Dengan peningkatan sentra garam itu, katanya, produksi garam yang selama ini 200.000 ton hingga 300.000 ton pertahun akan dapat ditingkatkan menjadi 300.000 ton hingga 400.000 ton per tahun pada tahun mendatang.

"Kebutuhan kita selama ini mencapai 1,7 juta ton dengan 1,5 juta ton di antaranya impor ke India dan Australia. Itu memalukan dan tidak boleh terjadi lagi," katanya.

Oleh karena itu, katanya, pihaknya mengucurkan dana sebesar Rp96 miliar untuk meningkatkan produksi garam pada sembilan sentra pada tahun 2010 dan tahun berikutnya (2011) akan dikucurkan Rp470 miliar lebih untuk 40-an sentra.

"Jangka pendeknya akan kita berdayakan masyarakat dengan pelatihan, penyuluhan, atau pendampingan, sekaligus pemberian mesin pengolah garam untuk memproduksi dan mengeringkan hasilnya," katanya.

Di hadapan peserta seminar, Fadel Muhammad yang juga mantan Gubernur Gorontalo itu menegaskan bahwa dirinya telah mencanangkan visi untuk menjadikan Indonesia sebagai produksi hasil laut terbesar di dunia pada tahun 2015.

"Karena itu, kami juga mengembangkan misi mengupayakan kesejahteraan nelayan dan warga pesisir melalui berbagai program yang menyangkut kebutuhan mereka secara langsung," katanya.

Program yang dimaksud antara lain menaikkan produksi ikan hingga 335 persen, membangun balai induk udang unggulan, BBM bersubdisi untuk nelayan, asuransi untuk nelayan, mina politan garam, mina politan tangkap, dan mina usaha pedesaan.
(ANT/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010