Presiden Yudhoyono dalam konferensi pers bersama Presiden Korea Selatan Lee Myung-Bak sebagai pimpinan sidang (chairman) dan wakil pimpinan sidang (co-chairman) BDF ke-3 di Nusa Dua, Kamis, menyatakan bahwa kegembiraannya karena peserta BDF semakin bertambah dari tahun ke tahun.
BDF ke-3 bertema "Demokrasi Untuk Peningkatan Perdamaian dan Stabilitas" diikuti 71 negara dan peninjau, atau meningkat dibandingkan kali pertama digelar pada 2008 yakni sekitar 40 negara dan peninjau, dan 48 negara dan peninjau pada 2009.
"Saya sendiri optimis forum ini semakin berkembang menjadi satu ikon bagi dialog antarbangsa dan negara dalam mengembangkan nilai dan praktik demokrasi," ujar Presiden.
Presiden pun berharap jumlah peserta yang semakin bertambah dapat memperoleh manfaat yang nyata dari penyelenggaran BDF yang digagas olehnya itu.
BDF, jelas dia, tidak dirancang sebagai forum untuk mendikte atau menilai pelaksanaan demokrasi di suatu negara.
Oleh karena itu, lanjut Presiden, format BDF yang terdiri atas pernyataan para pemimpin negara atau kepala delegasi, sesi interaktif dan debat umum tidak akan mengalami perubahan.
Mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia, Presiden mengakui Indonesia harus lebih arif dalam memaknai demokrasi dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan negara-negara lain terutama di kawasan Asia.
"Karena sebagaimana yang Indonesia alami, demokrasi adalah sebuah proses yang tidak mudah, kadang-kadang painful, tidak linear, penuh pasang surut," kata Kepala Negara.
Presiden mengatakan, demokrasi itu sendiri tidak cukup membawa kemajuan kehidupan suatu bangsa melainkan harus mencakup faktor-faktor lain seperti aturan hukum dan kerja keras agar suatu negara bisa mencapai kemajuan.
Forum seperti BDF untuk berdialog dan berbagi pengalaman dalam berdemokrasi amat penting guna memperkaya pengetahuan negara-negara kawasan Asia.
"Demokrasi itu sendiri tidak ada model yang tunggal, banyak varian, tetapi yang jelas ada universal values dan spirit dari demokrasi itu sendiri," ujar Presiden.
Sedangkan, Presiden Lee Myung-Bak dalam pernyataannya mengakui signifikansi BDF untuk perkembangan kehidupan demokrasi di kawasan Asia setelah ia hadir dan bertindak sebagai co-chair dalam forum tersebut.
"Harapan saya, negara-negara lain di Asia akan mendapatkan komunikasi berdasarkan pengalaman-pengalaman mereka untuk memajukan demokrasi," ujarnya.
Presiden Lee memuji kemajuan kehidupan demokrasi di Indonesia sehingga dinilai tepat untuk menjadi penyelengara BDF.
Ia menyampaikan janji untuk terus mendukung pelaksanaan BDF dan menyatakan Indonesia pantas dijadikan panutan bagi negara-negara lain dalam menerapkan demokrasi.
(T.D013/R018/P003)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010