“Khusus untuk Provinsi Papua Barat, perkembangan kasus COVID-19 terus menurun dan menjadi Provinsi paling rendah jumlah kasus aktifnya, namun ekonominya harus terus didorong agar mulai tumbuh positif,” kata Menko Airlangga dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ekonomi Papua Barat pada kuartal 2021 terkontraksi minus 2,39 persen (yoy) jauh lebih rendah dari nasional 7,07 persen. Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan dengan share terbesar 23,89 persen mengalami kontraksi minus 9,79 persen. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi ada di sektor Transportasi dan Pergudangan dengan share 2,61 persen atau tumbuh 13,18 persen.
Baca juga: Airlangga yakin isoter terapung jadikan Papua Barat bebas COVID-19
Kemudian dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi pada Konsumsi RT sebanyak 5,07 persen dan Konsumsi Pemerintah 2,13 persen. Namuna, ekspor luar negeri merupakan komponen dengan share terbesar 36,66 persen terkontraksi cukup dalam yakni minus 12,90 persen.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi spasial Wilayah Maluku-Papua Q2 2021 tumbuh sebesar 8,75 persen, Share Nasional 2,41 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat dengan share terhadap wilayah Maluku-Papua sebesar 20,24 persen pada Q2-2021 mengalami kontraksi sebesar minus 2,39 persen,” ujarnya.
“Apalagi di Sorong juga sudah ada Kawasan Ekonomi Khusus, investasinya tinggal didorong,” ujarnya.
Lebih lanjut Airlangga menyampaikan meskipun kasus COVID-19 di Papua Barat telah menurun, Kepala Daerah dan Forkopimda diminta tetap waspada terhadap penularan COVID-19.
Baca juga: Menteri Airlangga dan Menteri Agus Gumiwang tinjau isoter kota Sorong
Adapun hingga 2 September 2021, kasus aktif di Papua Barat sebanyak 257 kasus dan merupakan yang terendah secara nasional di antara 34 Provinsi. Sepanjang bulan Agustus 2021 pada masa penerapan PPKM, kasus aktif berhasil diturunkan sampai dengan minus 89,56 persen. Yakni dari sebanyak 2.462 kasus pada 9 Agustus menjadi 257 kasus pada 2 September 2021.
Selain kasus aktif yang terendah, tingkat kesembuhan di Papua Barat sebesar 97,3 persen jauh lebih tinggi dari nasional yang sebanyak 92,4 persen. Begitu juga dengan tingkat kematian sebesar 1,5 persen yang jauh lebih rendah dari nasional yang sebesar 3,3 persen.
Provinsi Papua Barat saat ini berada pada Level Asesmen 3 dengan tingkah konfirmasi kasus relatif cukup rendah pada level TK-2, angka kematian rendah di level TK-1 dan Rawat Inap (BOR) ada di level TK-2. Sedangkan jumlah testing dan tracing masih dalam level terbatas, namun treatment sudah pada level memadai.
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2021