Yogyakarta (ANTARA) - Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Buya Syafii Maarif menunggu Taliban membuktikan janjinya untuk bersikap inklusif dan moderat sebelum memutuskan mengakui rezim kepemimpinan kelompok itu di Afghanistan.
"Kita 'wait and see' dulu. Katanya mau berubah tapi kan belum tampak buktinya. Kita tunggu bukti dulu," kata Syafii saat ditemui di kediamannya di Perumahan Nogotirto, Sleman, Jumat.
Ia berharap aksi brutal saat Taliban berkuasa di Afghanistan pada 1996 sampai 2001 jangan sampai terulang mulai dari pengekangan hak kaum perempuan hingga pembunuhan.
Baca juga: Islah Bahrawi: Taliban persoalan politik kekuasaan bukan agama Islam
"Pengalaman tahun 1996 sampai 2001 itu parah, parah sekali. Anak perempuan tidak boleh keluar rumah, tidak boleh sekolah, pembunuhan, genosida, dan itu tidak karuan," kata dia.
Menurut Buya, selama berkuasa lima tahun, Taliban telah memunculkan citra buruk terhadap Islam.
"Taliban membawa keping neraka ke muka bumi. Semestinya kalau yang dipakai Islam harus membawa keping surga di muka bumi. Jangan dibalik-balik gitu. Orang yang tidak paham Islam itu menarik (kesimpulan) ini Islam, repot. Islam tidak seperti ini," kata dia.
Ia menilai janji Taliban untuk menampilkan wajah yang berbeda dengan saat kelompok itu berkuasa pada dua dekade lalu tidak mudah direalisasikan.
Baca juga: Densus: Cermati pengungsi Afghanistan yang Indonesia
Janji Taliban di antaranya akan menghormati hak-hak perempuan, memberi kesempatan pendidikan, dan menciptakan kondisi bagi mereka untuk bekerja.
"Mengubah ideologi kemudian tindakan itu tidak mudah. Kalau bisa berubah syukurlah," ujar Buya Syafii.
Selain itu, ia meminta pemerintah mewaspadai bangkitnya kelompok teroris di Indonesia seiring kemenangan Taliban.
"Tentunya yang beraliran keras ini gembira, kita lihat saja. Indonesia harus waspada, terorisme itu musuh-musuh kemanusiaan, walaupun mengatasnamakan agama dan Tuhan, tapi itu jelas pembajakan terhadap agama dan Tuhan. Apa pun mereka, komat-kamit membaca dzikir, seperti itu nggak bisa di percaya," kata dia.
Baca juga: Sahroni minta Polri menumpas gerakan dukung Taliban di Indonesia
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2021